Warta HARLAH KE-82 NU

PCINU Pakistan Bincang Sunni-Syiah

Sen, 4 Februari 2008 | 02:56 WIB

Islamabad, NU Online
Sementara warga Nahdliyyin di tanah air memeriahkan acara Puncak Hari Lahir (Harlah) Ke-82  NU di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Ahad (3/2), Nahdliyin Pakistan mengadakan pertemuan umum membincang “Relasi Sunni-Syiah” yang menjadi isu penting di negeri Islam bernuklir itu.

Acara dikoordinir langsung oleh Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU Pakistan) Muladi Mughni, Lc dan Ketua Tanfidziah PCINU Pakistan Munif Attamimi, SThI. melengkapi acara istighotsah dan sujud syukur Harlah Ke-82 NU.<>

Tema Sunni-Syiah penting diketengahkan mengingat pandangan masyarakat muslim tentang relasi ini sering mengalami kesalahpahaman dan kerap kali berakibat negatif pada perpecahan di antara umat Islam sendiri.

Pada akhirnya perpecahan makin menjauhkan dari nilai-nilai Islam yang toleran nan cintai damai. Tak hanya itu, tentunya, dengan mengetahui lebih dalam tentang Syiah, masyarakat muslim diharapakan dapat bersikap lebih objektif dan seimbang.

Dua pembicara yang cukup kompeten, pertama adalah Ibu Hasanah Ubaidillah, M.Phil, mahasiswi lulusan International Islamic University, Islamabad (IIUI) yang memaparkan makalahnya dengan judul “Mengenal Tafsir Syiah (Selayang Pandang)”, dan kedua adalah Sdr. Muladi Mughni sendiri yang mempresentasikan pemikirannya yang berjudul  “Mengubur Politik Hegemoni Sunni-Syiah”.

Dalam pemaparannya, kedua pembicara tersebut menjelaskan hal-ihwal mengenai eksistensi Syiah, khususnya di Indonesia dalam perspektif ideologis-historis yang mendahuluinya.

Sejatinya, relasi Sunni-Syiah hendaknya tidak dilihat sebagai fenomena konflik atau perang urat syaraf dua kubu yang tak berkesudahan, namun melihatnya sebagai relasi yang diharapkan mampu menciptakan rekonsiliasi antar keduanya. Demikian salah satu poin yang ditekankan oleh Muladi.

Di sisi lain, dialektika tafsir Syiah juga diuraikan oleh pembicara kedua, Hasanah yang mengatakan bahwa secara umum Al-Quran diakui sebagai kitab suci mereka dan tidak ada perbedaan yang prinsipil dengan ulama tafsir lain dalam penerapannya. Buku-buku tafsir Syiah merujuk pada tafsir Syiah Itsna Asyariyah (Syiah Imam Duabelas) yang menjadi landasan bagi mayoritas pengikut Syiah di dunia.

Acara tersebut dinahkodai langsung oleh Agus Handoko, salah seorang nahdliyin yang tengah mengambil program pasca sarjana jurusan Tafsir & Hadist di IIUI. Di tengah hawa musim dingin yang menyelimuti seluruh penjuru Pakistan, acara tersebut dapat terselenggara dengan baik dan penuh hikmat. Acara yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam itu dimulai sekitar pukul 14.30 siang dan berakhir dengan acara ramah tamah.

Di akhir acara tersebut dilaksanakan pula istighasah bersama untuk berdoa agar apa yang menjadi kebaikan umat muslim di dunia, khususnya Indonesia, dapat menjadi kenyataan.

Rais Mustasyar PCI-NU, Ustadz Niam berkesempatan menyampaikan ceramah singkatnya mengenai fadhilah-fadhilah umat muslim ini beristighasah dan berdoa kebada Allah Swt. Bahwa seorang hamba, saat akan meminta kepada Rabnya, hendaknya mengikuti dan mendahuluinya dengan amal-perbuatan yang baik.

Ibadah seorang muslim adalah salah satu wasilah ketika seorang muslim meminta dan berdoa. Di akhir suasana khusuk dan hikmat itu, para jamaah melengkapinya dengan melakukan sujud syukur bersama. (Isyrokh Fuaidi)