Warta

Pemuka Agama Sepakat Dukung Pencegahan Meluasnya HIV/AIDS

Sen, 7 Mei 2007 | 07:01 WIB

Jakarta, NU Online
Para pemuka agama yang tergabung dalam Jaringan Lintas Agama untuk AIDS (JALA ) Indonesia sepakat mengambil tindakan dalam upaya untuk mencegah meluasnya AIDS di Indonesia.

Komitmen bersama tersebut disepakati dalam acara pertemuan nasional dengan tema “Memperteguh Komitmen dan Peran Komunitas Lintas Agama dalam Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia di Kantor Menkokesra, Senin.

<>

Hadir dalam acara tersebut HM Rozy Munir mewakili PBNU, Toha Muhaimin mewakili Muhammadiyah, Pdt Andreas Yewangoe mewakili PGI, Pdt Benny Susetyo mewakili KWI dan beberapa perwakilan dari agama lainnya.

Menteri Agama Mahfuth Basyuni dalam pembukaan berharap agar para pemuka agama mengembalikan mereka yang tersesat ke jalan yang benar. Bagaimana merubah penderitaan yang mereka rasakan menjadi sarana introspeksi sehingga mampu untuk menyesali diri dan bertobat serta kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Menag juga meminta agar masyarakat tidak menambah penderitaan mereka dengan cara mengucilkan atau berbuat diskriminasi terhadap para pengidap atau terinveksi HIV/AIDS tersebut.

Anggia Ermarini dari Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) yang terlibat dalam acara tersebut menjelaskan para para tokoh agama tersebut sangat mendukung gerakan pencegahan HIV/AIDS karena sadar betul bahwa keterlibatan mereka sangat penting untuk memberikan penjelasan tentang penyakit yang dianggap kutukan tersebut kepada ummatnya.

Hal tersebut telah dibuktikan oleh Pdt Gideon dari Uganda yang melakukan sosialisasi dan pencegahan AIDS di negaranya yang akhirnya mampu menurunkan tingkat perkembangan HIV/AIDS secara signifikan.

Dikatakan oleh Gideon yang hadir dalam acara tersebut bahwa HIV/AIDS bisa mengenai siapa saja. Selama ini, para penderita penyakit tersebut adalah mereka yang memiliki perilaku buruk seperti seks bebas, pengguna narkoba dan lainnya. Namun, akibat transfusi darah yang sudah tercemar HIV/AIDS, akhirnya ia menjadi salah seorang penderita.

Untuk itu, Anggia menjelaskan LKKNU telah melakukan sosialisasi bagaimana memberi kesadaran tentang bahayanya HIV?AIDS kepada masyarakat dan bagaimana cara mencegahnya, terutama dikalangan pesantren.

Berdasarkan survey yang telah dilakukannya, meskipun mereka tahu tentang penyakit HIV/AIDS, tetapi tak banyak yang faham bagaimana penyakit ini menular dan bagaimana cara mencegahnya.

“Ada yang beranggapan bersalaman dengan penderita HIV/AIDS bisa tertular. Demikian juga gigitan nyamuk bisa menularkan HIV/AIDS,” tandasnya.

Kondisi ini akhirnya menimbulkan stigma bagi para penderita HIV/AIDS dan banyak dari mereka yang dikucilkan, padahal mereka sudah sangat menderita dengan penyakit yang mereka alami.

LKKNU telah melakukan kerjasama dengan Ponpes Assidiqiyah dan Azziyadah di Jakarta dalam pendidikan tentang HIV/AIDS di pesantren selain melalui program reproduksi remaja di berbagai pesantren di Jatim dan Jabar. Ke depan LKKNU dan Lembaga Pelayanan Kesehatan NU (LPKNU) juga berencana mengembangkan skill bagaimana mendampingi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

Saat ini HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan laporan dari WHO mengalami pertumbuhan paling cepat di Asia. Jika awal tahun 1990-an, jumlah penderitanya bisa dihitung dengan jari, saat ini diperkirakan jumlah penderitanya sudah mencapai 180.000-200.000. (mkf)