Peringatan Tragedi WTC-Bom Bali Terkait Budaya Barat
NU Online · Jumat, 12 September 2003 | 06:13 WIB
Jakarta, NU Online
Peringatan Tragedi WTC 11 September 2001 yang diprakarsai AS dan Tragedi Bom Bali 12 Oktober 2002 yang diprakarsai Australia terkait dengan budaya Barat yang suka dengan acara peringatan.
"Kalau Presiden Megawati tak mau memenuhi undangan Perdana Menteri Australia John Howard untuk memperingati Bom Bali pada 12 Oktober karena budaya Indonesia tak seperti itu," kata dosen Fisip Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Drs Basis Susilo MA di Surabaya, Jumat.
<>Pengamat Hubungan Internasional (HI) Unair itu mengemukakan hal itu menanggapi keseriusan AS memperingati dua tahun Tragedi WTC dan rencana Australia memperingati Tragedi Bom Bali di Denpasar pada 2 Oktober mendatang.
Menurut Basis Susilo, orang Barat sangat senang memperingati hari yang paling menyenangkan dan hari yang paling menyakitkan dalam kehidupannya, apalagi tragedi WTC dan Bom Bali sangat menusuk ulu hati mereka.
"Dalam sejarah sendiri, AS merupakan negara yang belum pernah diserang, karena itu tragedi yang menghancurkan gedung WTC dan pusat pertahanan AS di Pentagon tentu menjadi kenangan tak terlupakan," katanya.
Namun, katanya, peringatan seperti itu juga memiliki makna yang positif yakni untuk mengingatkan kepada masyarakat dunia agar hal itu tak terulang lagi di negara Barat maupun belahan dunia lainnya.
"Kalau orang Indonesia mungkin tak terbiasa dengan peringatan serupa, bahkan saya sendiri masih sering lupa hari ulang tahun sendiri. Saya sendiri sering lupa, tapi kalau orang Barat betul-betul diingat," katanya.
Ditanya kemungkinan adanya konspirasi di balik tragedi WTC dan Bom Bali untuk memungkinkan negara Barat menyudutkan Islam dan "masuk" ke negara orang lain, ia mengatakan teori konspirasi tidak selalu jelas.
"Saya sebagai akademisi tak bisa menduga seperti digambarkan dalam teori konspirasi itu, karena pembuktiannya tak pernah jelas. Yang mungkin adalah AS dan Australia berusaha menanamkan pengaruh," katanya.
Secara terpisah, budayawan Emha Ainun Nadjib menyatakan tragedi WTC merupakan gaya perang klasik dari AS yang bertujuan menyerang diri sendiri agar AS dapat memasuki Afghanistan dan negara Islam lainnya.
"Tragedi WTC dan Bom Bali itu gaya perang klasik seperti dilakukan Jepang dengan menyerang negaranya sendiri, lalu menuduh orang Al-Mansuriyah di Cina sebagai pelakunya sehingga Jepang mempunyai alasan masuk ke Cina. Hal itu juga dilakukan AS di Iraq," katanya.
Rencana kunjungan PM Australia John Howard ke Denpasar tersebut terungkap dalam pernyataan Menlu Hassan Wirajuda dalam Rapat Kerja dengan Komisi I DPR-RI di gedung DPR Jakarta (9/9), namun Presiden Megawati Soekarnoputri dinyatakan tak dapat memenuhi permintaan Howard untuk bergabung dalam peringatan tersebut.
Menurut rencana, PM Howard akan hadir bersama sekitar 1.500 keluarga korban dan puluhan anggota masyarakat Australia lainnya untuk memperingati tragedi yang menewaskan hampir 200 orang dan melukai lebih dari 300 lainnya itu.(mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban
2
Khutbah Jumat: Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci
3
Niat Puasa Dzulhijjah, Raih Keutamaannya
4
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
5
Khutbah Jumat: Persahabatan Sejati, Jalan Keselamatan Dunia dan Akhirat
6
Prabowo Serukan Solusi Dua Negara agar Konflik Israel-Palestina Reda
Terkini
Lihat Semua