Warta

Prof Maksum: HPP Beras harus Naik!

NU Online  ·  Rabu, 23 April 2008 | 03:15 WIB

Yogyakarta, NU Online
Dari tahun ke tahun, nasib petani selalu dirundung masalah dengan murahnya Harga Pokok Pembelian (HPP) beras di saat panen raya. Meskipun harga beras internasional saat ini mengalami lonjakan luar biasa, nasib petani Indonesia tak berubah.

Ahli Pertanian Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, Prof Dr M. Maksum menegaskan, dalam situasi seperti ini, tak ada kata lain kecuali HPP harus naik. “Hanya satu kata, harus!” ungkapnya ket<>ika dihubungi NU Online melalui sambungan telepon di Yogyakarta, Selasa (22/4) malam.

Terdapat beberapa alasan yang menjadi dasar mengapa petani harus memperoleh harga yang lebih layak terhadap barang yang diproduksinya. “HPP berdasarkan Inpres 3/2/2007 itu tersusun sebagai penyelesaian atas inflasi setahun sebelumnya. Itu merupakan HPP penyesuaian dan tentu sekarang sudah kedaluarsa, terlalu rendah!” tandasnya.

Alasan kedua, pada bulan ini, Inpres Nomer 3 tersebut persis umur setahun. Dalam setahun ini banyak sekali perubahan seperti inflasi, BBM dunia naik, harga pangan global naik. “biofuel dan climate change juga berpengaruh. Yang terakhir, harga beras dunia melonjak 700 USD/ton, tetapi HPP belum beranjak!” tambahnya.

Dengan kapasitas pengadaan bulog yang jeblok dan amat jelek serta harga dunia yang sulit turun. Pedagang pasti memborong atau berspekulasi untuk disimpan dan dijual pada akhir tahun 2008 atau awal 2009. Wakil Ketua PWNU Yogyakarta menyatakan bahwa hal ini merupakan hal yang pasti karena keuntungannya menggiurkan.

“Haram bagi bulog untuk membli diatas HPP. Akibatnya, bulog tidak punya cadangan dan pasti kapasitas stabilitasnya harganya bakal jelek, memble,” tandasnya.

Lalu, sebaiknya berapa besarnya kenaikan HPP ini, Maksum menegaskan HPP harus naik diatas inflasi dengan perhitungan progresif. “Selama ini, HPP maksimum cuma sebatas inflasi yang lewat sehingga terkesan penyesuaian. Begitu HPP diumumkan, langsung saja beberapa hari kemudian sudah tidak layak karena ditinggalkan inflasi yang datang setelah setting HPP,” katanya.

Karena itu, ia menyarankan agar pemerintah berani melakukan doubling dengan inflasi. Satu untuk penyesuaian dan satunya untuk antisipasi inflasi mendatang. “Kenapa harus antisipasi ke depan? Karena HPP itu proteksi, insentif dan rangsangan usaha tani musim ke depan, bukan panen kemarin atau tahun lalu kan?” tegasnya.

Harga yang ideal menurut perhitungannya adalah gabah kering panen (GKP) sebesar 2.600/kg dan Gabah Kering Giling (GKG) 3250/kg serta beras 5500/kg. “Dasarnya doubling inflasi, harga global yang terus naik dan randemen 60 %,” ujarnya

Asumsinya, randemen untuk beras kualitas medium dengan 14 % kadar air dan 20 persen broken hanya sekitar 60-62% saja, plus biaya selep. “Inpres 3/2/2007 itu over estimated dengan randemen 65 persen. Ini penting,” katanya.

Dikatakannya, saat ini, sudah santer pedagang akan berani beli diatas HPP, yaitu HPP+200 yang ditetapkan pemerintah berapapun besarnya. Ini terjadi karena keyakinan pedagang bahwa global price tidak akan turun dan kapasitas Bulog yang tak bisa diharapkan dalam stabilitas harga mendatang dan bersaing dengan pedagang. (mkf)