Puskop An Nisa Jatim Sukses Kembangkan Minimarket
NU Online · Sabtu, 18 Desember 2010 | 08:44 WIB
Langkah yang dilakukan oleh Pusat Koperasi An Nisa Jawa Timur dalam mengembangkan usahanya layak ditiru. Salah satu unit usaha yang terbilang sukses adalah pendirian minimarket dengan yang tergabung dalam Smesco Mart.
Smesco Mart merupakan hasil kerjasama antara Pemerintah, PT Sumber Alfaria Trijaya, yang juga memiliki minimarket Alfamart dan selanjutnya mengajak koperasi atau pesantren untuk terlibat didalamnya jika mereka memiliki lahal yang cocok.<>
Ketua Puskop An Nisa Jawa Timur Yayuk Wahyuningsih menjelaskan pendirian minimarket ini awalnya muncul ketika ada tawaran untuk mendirikan Smesco Mart di sejumlah pesantren. Selanjutnya ia segera mencari informasi di Kementerian Sosial dan UKM, waktu itu masih bernama Departemen, mengingat Muslimat NU juga memiliki banyak anggota.
Sebetulnya, niat mendirikan minimarket ini sudah lama digagas dan sudah melakukan komunikasi dengan sebuah penyedia franchise minimarket besar di Indonesia. Sayangnya terdapat kesalahan komunikasi karena koperasi An Nisa dianggap bagian dari sebuah partai oleh mereka sehingga perjanjian dibatalkan.
Dijelaskannya rencana pengembangan Smesco Mart di pesantren di Jawa Timur berjalan kurang mulus. Kala itu, ada 13 pesantren yang ditawari untuk membangun Smesco Mart di masing-masing pesantrennya, tetapi banyak yang menolak karena harus menyediakan biaya yang tinggi sekitar 300-600 juta sehingga lebih memilih mitra minimarket lokal, yang akhirnya mengalami kebangkrutan.
“Saya tetap memilih bekerjasama dengan Alfa karena nama besar dan jaringan yang dimiliki sudah sangat luas, dan terbukti berhasil sampai sekarang,” katanya disela-sela Rapat Anggota Biasa Inkop An Nisa di Jakarta, Jum'at (17/12).
Pesantren beranggapan dengan uang segitu, mereka bisa mendirikan toko sendiri tanpa perlu tergantung dengan fihak luar. Wahyuningsing mengaku memiliki pemikiran berbeda mengapa memilih mengikuti franchise minimarket daripada bikin toko sendiri.
“Mereka punya modal, jaringan, manajemen dan SDM. Ini yang ngak kita punyai sehingga kita harus belajar dari mereka,” tuturnya.
Ia bercita-cita, Koperasi An Nisa Muslimat NU tak akan selamanya mengekor pada fihak lain dalam bisnis. “Kami menargetkan dalam dua puluh tahun mendatang, kita sudah bisa mendiri,” imbuhnya.
Setiap minimarket membutuhkan 5-7 orang pegawai. Saat ini yang sudah dilatih 30 orang, dengan komposisi 10 orang mewakili Muslimat NU, 10 orang mewakili koperasi An Nisa dan 10 orang dari warga sekitar minimarket berada.
Karena tergabung dengan kelompok besar Alfamart, para pegawai tersebut juga dirotasi ke berbagai tempat dan mereka yang berprestasi mendapatkan promosi ke jenjang yang lebih tinggi. Kemampuan seperti inilah yang nantinya bisa menjadi tenaga SDM handal yang dimiliki Muslimat NU.
Toko yang dibuka sepenuhnya telah memenuhi persyaratan hukum yang ada seperti IMB, SIUP, NPWP dan lainnya. Perusahaan tak mau berspekulasi jika nantinya akan ada masalah dibelakang hari.
Lahan strategis menjadi faktor yang sulit bagi koperasi An Nisa, karena itu, ia memiliki tim pencarian lahan yang nantinya dapat bekerjasama dengan koperasi An Nisa yang diikat dengan perjanjian 20 tahun. Pemilik lahan mendapatkan bagian 30 persen dari keuntungan sedangkan Koperasi An Nisa mendapatkan 70 persen, tetapi itu pun masih akan dibagi lagi dengan Muslimat NU setempat.
“Pemilik lahan sangat diuntungkan dengan konsep ini,” paparnya.
Minimarket yang dimiliki kini ada di kantor Puskop An Nisa Jatim di Surabaya, di kompleks RSI Surabaya, di Pasuruan kota dan Malang kota. Pengembangan selanjutnya yang masih dalam proses adalah di Malang kabupaten, di kompeks Unisma, di Unitomo, kantor Ansor Jatim Pakis Aji Surabaya, An Nisa Sidoarjo, dan di Pamekasan.
Sejauh ini keuntungan yang didapat cukup besar dan dapat menghidupi jalannya organisasi, baik koperasi An Nisa atau Muslimat NU-nya. Salah satu gerainya di Surabaya dapat menghasilkan bersih 20 juta dalam tiga bulan.
Pandangan miring terhadap keterlibatan Muslimat NU dalam pendirian minimarket memang masih dirasakan, tetapi ia beranggapan, konsep belanja modern dan praktis ini tak bisa dibendung, pilihannya ikut atau sekedar menjadi penonton saja,.
“Daripada jadi penonton saja, kita ikut masuk karena nanti orang lain yang akan mendirikan dan warga NU belinya ya disitu-situ juga sehingga kita malah ngak dapat apa-apa,” tandasnya.
Ia kembali menegaskan, apa yang dilakukan adalah sebuah proses belajar menuju kemandirian, karena harus diakui berbagai kelemahan masih menjadi problem seperti permodalan, manajemen, jaringan dan sumberdaya manusia.
Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa berharap kesuksesan yang berhasil diraih oleh satu bidang atau daerah di Muslimat NU hendaknya dapat direplikasi sehingga dapat menjadi keberhasilan bersama. (mkf)
Terpopuler
1
Niat Puasa Arafah untuk Kamis, 5 Juni 2025, Raih Keutamaan Dihapus Dosa
2
Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam
3
Menggabungkan Qadha Ramadhan dengan Puasa Tarwiyah dan Arafah, Bolehkah?
4
Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya
5
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
6
Khutbah Idul Adha: Mencari Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Diri Manusia
Terkini
Lihat Semua