Warta

Qatar Gelar Konferensi Internasional, Dekatkan Sunni-Syiah

Sab, 20 Januari 2007 | 07:01 WIB

Doha, NU Online
Qatar mempelopori upaya mendekatkan berbagai madzhab atau aliran dalam Islam sehingga dapat mencegah terjadinya fitnah antaraliran.

Ibukota Qatar, Dhoha, akan menjadi tuan rumah Muktamar Internasional antar-berbarbagai madzhab Islam, dengan melibatkan 216 tokoh pemikir, ulama, pengamat dan menteri dari 44 negara dunia.

<>

Muktamar itu akan digelar pada 20-22 Januari mendatang dengan tajuk “Mengambil Peran Mendekatkan Kesatuan Ilmiyah”. Muktamar ini diselenggarakan oleh Fakultas Syariah di Universitas Qatar bekerja sama dengan Universitas Al-Azhar Mesir dan Forum Internasional Pendekatan Madzhab yang berpusat di Teheran, Iran.

Rencananya, Wakil PM Qatar Abdullah bin Hamad Athiya akan membuka konferensi internasional yang akan dilaksanakan di Hotel Sheraton, Dhoha.

Dalam konferensi yang melibatkan para wakil madzhab atau aliran Islam besar, utamanya Sunni dan Syiah (Itsna Asyariyah dan Zaidiyah) dan Ibadhiyah, akan didiskusikan sarana paling penting untuk mempersempit perbedaan fikih dan mengecilkan kemungkinan konflik antara pendukung madzhab yang saat ini ada di berbagai belahan bumi Islam.

Akan berbicara dalam konferensi itu antara lain DR. Yusuf Al-Qaradhawi mewakili Ketua Persatuan Ulama Islam Internasional, Dr. Kamaluddin Ihsan Oglo mewakili Sekjen OKI, Syaikh Ayatollah Muhammad Ali Taskheri Sekjen Forum Internasional untuk Pendekatan Madzhab Islam, Dr. Abdul Aziz Taujiri Sekjen Organisasi Pendidikan, Ilmu dan Peradaban Islam, Dr. Mahmud Hamadi Zaqzuq Menteri Wakaf Mesir dan Dr. Ahmad Badrudin Hasun Mufti Suriah.

Menurut Dr Aisyah Manai, Dekan Fakultas Syariah Universitas Qatar yang sekaligus Ketua Panitia Konferensi ini, “Jurang perbedaan antara Sunni dan Syiah sekarang telah semakin lebar. Maka mendekatkan antara keduanya menjadi masalah yang menjadi latar belakang muktamar ini. Ini dilakukan untuk menghindari munculnya konflik antar aliran Islam.”

Ia menambahkan, bahwa konferensi ini tidak bertujuan merubah keyakinan yang dimiliki Sunni ataupun Syiah, tapi lebih fokus pada upaya membuka jaringan komunikasi dan dialog antara pemeluk berbagai aliran dalam Islam. (era)