Warta

Sangat Buruk dari Sisi Sinematografi, “Fitna” Sengaja Memprovokasi

NU Online  ·  Kamis, 10 April 2008 | 01:02 WIB

Jakarta, NU Online
“Fitna”, film anti-Al-Quran karya Anggota Parlemen Belanda, Geert Wilders, sangat buruk dari sisi sinematografi. Kesimpulannya, film yang dinilai menyinggung umat Islam di seluruh dunia itu, sengaja dibuat oleh Wilders untuk memprovokasi dan mengganggu kerukunan antar-umat beragama.

Demikian dikatakan Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat (PP) Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi), M. Dienaldo, kepada NU Online ditemui di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (9/4).<>

Film berdurasi sekira 15 menit itu, ujar Dienaldo, sama sekali tidak tampak sebagai sebuah karya seni yang dibuat secara serius. Pasalnya, di dalamnya hanya berisi cuplikan-cuplikan dari berbagai kejadian yang berhubungan dengan Islam. Produsernya tampak sekali ‘asal comot’ sejumlah cuplikan itu.

Bahkan, ungkapnya, masih dilihat dari sisi sinematografi, kualitas film itu tidak lebih baik dari pada film dokumentasi sebuah resepsi pernikahan.

“(Geert Wilders) itu orang gendeng (baca: gila). Dia sekenanya menerjemahkan kebebasan berekspresi. Di Belanda memang kehidupannya sangat bebas. Tapi, apa yang dilakukan dia, jelas tidak pantas. Wajar kalau umat Islam tersinggung, apalagi marah,” terang orang nomer dua di lembaga yang berada di bawah naungan NU itu.

Tak hanya itu. Menurutnya, Wilders, si pembuat film kontroversi tersebut, telah serampangan membuat penafsiran tentang Al-Quran yang merupakan kitab suci umat Rasulullah Muhammad itu.

“Jadi, di salah satu bagian, ditampilkan gambar Al-Quran kemudian disusul cuplikan Tragedi WTC 11 September (pesawat menabrak Menara Kembar WTC yang kemudian merebak isu terorisme Islam). Seolah-olah, Wilders ingin mengatakan bahwa Al-Quran menjadi pembenar aksi terorisme itu. Nah, itu, kan ngawur (sembarangan),” papar Dienaldo. (rif)