Warta

Sarbumusi Gelar Dialog Bahas Nasib TKI

NU Online  ·  Selasa, 22 April 2008 | 09:53 WIB

Jakarta, NU Online
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Sarikat Buruh Muslim Indonesia (Sarbumusi) menggelar dialog nasional yang membahas nasib Tenaga Kerja Indoenesia (TKI) di luar negeri. Acara bertajuk “Problematika TKI Kita” itu akan diselenggarakan di Gednung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya, Jakarta, 23-24 April.

Direncanakan hadir sebagai narasumber pada acara yang digelar selama dua hari itu, di antaranya, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Eman Soeparno, Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta dan Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Dr Sukamdi.<>

Selain itu, diundang pula Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato Zainal Abidin Muhammad Zain, Konsulat Jenderal RI di Jeddah, Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur, Direktur Organisasi Buruh Dunia Perserikatan Bangsa-bangsa di Indonesia Alan Boulton dan Ketua Umum Pucuk Pimpinan Fatayat NU Maria Ulfah Anshor.

Ketua Umum DPP Sarbumusi Junaidi Ali mengatakan, dialog tersebut diselenggarakan sebagai bentuk keprihatinan terhadap masalah dan nasib TKI di luar negeri. “Permasalahan-permasalahan ini menjadi keprihatinan PBNU dan Sarbumusi sebagai lembaga yang mengurusi perburuhan berusaha mendalami masalah ini dan mencarikan solusinya,” tuturnya kepada NU Online di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa (22/4).

Ia menjelaskan, beberapa masalah akan dibahas pada dialog itu. Antara lain, Tren dan Faktor Pendorong Migrasi Internasional; Problem TKI Pra-Penempatan, Penempatan dan Pasca-Penempatan; Upaya Pencegahan dan Penanganan Masalah TKI di Luar Negeri dan Problematika dan Kontribusi TKI bagi pembangunan dareah.

“PBNU sebagai organisasi sosial kemasyarakatan sangat berkepentingan terhadap adanya sistem dan mekanisme penempatan, perlindungan dan pelayanan yang berkeadilan dalam proses penyelenggaraan TKI,” ujar pemimpin organisasi buruh dan pekerja NU itu.

Junaidi menilai, selama 25 tahun terakhir, data yang ditunjukkan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, penempatan pekerja/buruh migran perempuan terus meningkat. Peningkatannya sangat tajam dibandingkan dengan peningkatan penempatan pihak buruh migran laki-laki.

“Fakta di lapangan sering kita temui adanya praktik eksploitasi, baik yang dilakukan calo-calo, tekong-tekong maupun pihak-pihak yang keberadaannya disahkan atau diikat hukum (perundang-undangan) yang berlaku untuk program penempatan tenaga kerja,” jelas Junaidi.

Di antara berbagai penyimpangan tersebut, perekrutan atau penampungan melalui informasi yang tidak akurat, janji-janji palsu, iming-iming gaji yang tinggi, proses pemberangkatan yang cepat dan mudah, susana di luar negeri yang tidak berbeda dengan bekerja di Indonesia.

Junaidi juga menjelaskan, Arab Saudi dan Malaysia, dari tahun ke tahun, menjadi tujuan favorit bagi TKI. Sementara, negera lain yang menduduki peringkat di bawahnya adalah Singapura, Hongkong, dan Taiwan. (mkf)