Sejumlah Musholla Mengantri Bubur Suro di Kampung Arab
NU Online · Senin, 6 September 2010 | 00:27 WIB
Bubur suro adalah makanan yang tak asing bagi sebagian besar warga Kota Tuban ketika Ramadhan tiba. Khususnya, yang tinggal di perkampungan Arab, Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.
Selama bulan suci Ramadhan, bubur khas Arab ini dibuat dalam jumlah besar di halaman Masjid Muhdor, Jalan Pemuda dan halaman Masjid Astana kompleks Makam Sunan Bonang untuk dibagikan kepada warga. Sejumlah musholla di Kota Tuban mengirimkan perwakilannya untuk meminta jatah di dua masjid itu untuk santapan berbuka.<>
Ada pemandangan khas setiap kali bubur ini dibagikan sekitar pukul 17.00. Pemandangan tersebut adalah beragamnya wadah yang mengantri. Paling besar wadah yang mengantri adalah timba kecil. Berikutnya, kuali, ember, dan mangkuk.
Untuk menuangkan bubur ke wadah warga yang mengantre, petugas yang setiap tahun mendapat tugas yang sama cukup terampil menciduk bubur dan membaginya dalam wadah-wadah.
Tak jelas, kapan tradisi itu mulai ada dan siapa yang merintisnya. Tak satu pun warga Tuban yang mengetahui persis latar belakang bubur yang hanya muncul setiap tahun, persisnya menjelang buka puasa Ramadan tersebut.
''Warga hanya mengetahui bubur tersebut dinamakan sura karena pembuatannya seperti bubur sura,'' ujar Rohim, salah satu warga di kompleks Masjid Astana.
Tak ada satu pun literatur yang mengupas sejarah bubur ini. Sepertinya, latar belakang tradisi pembuatan bubur sura selama puasa Ramadhan tersebut ditenggelamkan popularitas bubur itu sendiri.
Kekhasan dari bubur yang hanya muncul setiap puasa Ramadhan ini adalah rasa dan aromanya yang khas rempah-rempah. Makanan ini memang identik dengan masakan Arab.
Lazim, salah satu juru kunci makam Sunan Bonang Tuban, mengatakan, menurut cerita tutur yang diterimanya, pembuatan bubur sura tersebut dimulai dari keluarga Ali Alkaf, warga keturunan Arab. Hal itu, menurut dia, bisa jadi benar karena saat kecil dua warga Arab yang akrab dipanggil Bapoh Gamar atau Bapok Kembar (dua saudara kembar) mengurusi dan membiayai pembuatan bubur sura tersebut.
Sekarang, pembuatan bubur tersebut diurus keluarga Ali Alkaf, keturunan Bapoh Gamar. Selain pengusaha ini, sejumlah warga Tuban juga menjadi donatur dengan mengirimkan bahan baku bubur tersebut. (ful)
Terpopuler
1
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
2
Operasional Haji 2025 Resmi Ditutup, 3 Jamaah Dilaporkan Hilang dan 447 Meninggal
3
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
4
PBNU Terima Audiensi GAMKI, Bahas Isu Intoleransi hingga Konsensus Kebangsaan
5
Kick Off Jalantara, Rais Aam PBNU Pimpin Pembacaan Kitab Karya Syekh Abdul Hamid Kudus
6
Kisah Di Balik Turunnya Ayat Al-Qur'an tentang Tuduhan Zina
Terkini
Lihat Semua