Warta

Sesepuh Minta NU Jatim Jaga Keutuhan Ulama

NU Online  ·  Senin, 23 Juli 2007 | 14:22 WIB

Surabaya, NU Online
Sejumlah sesepuh (tokoh senior) Nahdlatul Ulama (NU) yang pernah menjadi pengurus NU pada tahun 1960-an dan 1970-an minta Pengurus Wilayah (PW) NU Jawa Timur menjaga keutuhan atau menyatukan para ulama yang selama ini berseberangan.

Pimpinan NU "tempo dulu" yang memberikan masukan dalam "Temu Kangen" memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-84 NU pada 16 Rajab 1428 (31 Juli) di kantor sekretariat PW NU Jatim, Surabaya, Senin, antara lain KH Muchit Muzadi (84 tahun, Jember).

<>

Selain itu, KH Zakky Ghufron (84, Surabaya), KH Hamid Rusdi (81, Surabaya), KH Amak Fadloli (Lumajang), KH Ahmad Zaini (Nganjuk), KH Azis Dja’far (79, Surabaya), KH Ghufron Na’am (77, Sidoarjo), KH Abdurrohim Sidiq (Sidoarjo), dan KH Choiron Syakur (Bangil, Pasuruan).

"Tujuan NU didirikan itu untuk membuat rakyat pintar, berakhlak, dan sejahtera, tapi saat ini masih banyak warga NU yang miskin dan buta huruf," ujar KH Muchit Muzadi yang kini menjadi Mustasyar (Penasehat) PBNU itu.

Oleh karena itu, kata kakak dari Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi itu, pengurus NU sekarang masih harus bekerja keras dan tidak membiarkan NU ditarik untuk kepentingan yang bukan tujuan NU.

"Kata KH Ahmad Siddiq (penggagas Khittah NU 1926), NU itu seperti kereta api yang trayek dan tujuannya sudah jelas, bukan seperti taksi yang dapat dibawa kemana saja untuk menuruti kemauan penumpangnya," paparnya.

Sesepuh NU lainnya meminta pimpinan NU Jatim mengembangkan "temu kangen" untuk merakit potensi NU, berkosentrasi pada pengajian seperti Lailatul Ijtimak dan Istighotsah untuk memperbaiki akhlak yang sudah diintervensi televisi, dan menjaga anak muda NU dari paham radikal.

Menanggapi semua masukan dari sesepuh NU itu, Ketua PW NU Jatim Dr KH Ali Maschan Moesa MSi menyatakan berterimakasih atas perhatian dari mantan pimpinan NU dari tahun 1950-an hingga tahun 1970-an itu.

"Yang pokok, kami memang akan berupaya menjaga keutuhan warga NU, sedangkan ulama NU itu memang berbeda pendapat karena politik praktis, tapi paling tidak kami akan menjadikan NU sebagai titik temu dari para ulama yang berbeda pendapat itu," tegasnya.

Caranya, pihaknya akan mengupayakan forum pertemuan para ulama NU yang berseberangan secara politik praktis itu. "Saya akan intensifkan forum itu sehingga mereka dapat bersatu sebagai sesama NU," paparnya.

Ia menambahkan, akan mengundang para ulama NU yang berbeda pendapat itu dalam resepsi Harlah ke-84 NU di Pesantren Darussalam, Bondowoso pada 29 Juli atau tasyakuran dan tumpengan Harlah ke-84 NU di kantor PWNU Jatim pada 30 Juli. (ant/eko)