Warta SERBA-SERBI TANAH SUCI

Sholat di Masjidil Haram di Masa Lalu

Ahad, 21 November 2010 | 06:25 WIB

Makkah, NU Online
Bagi pendatang di Makkah, menara jam menjadi patokan lokasi Masjidil Haram. Dari berbagai tempat, dari sela gedung dan dari balik bukit, menara jam itu bisa terlihat, meski terkadang hanya terlihat puncaknya.

Maka, ketika beberapa jamaah dari Jakarta tercecer dari rombongannya di kompleks jamarat, mereka memilih ke Masjidil Haram. Tanpa mengenal jalan, perjalanan kaki diarahkan ke posisi menara jam.<<>br />
Banyak jamaah yang harus melakukan Thowaf Wada', sehingga banyak jamaah yang memilih bersegera ke Masjidil Haram daripada bingung mencari pondokan. Ada lima kelonmpok terbang yang harus bersegera melakukan Thowaf Wada karena harus segera pulang ke Tanah Air.

Ada lima kelompok terbang jamaah Indonesia yang harus meninggalkan Bandara King Abdul Aziz, Jepah, mulai Sabtu (20/11) siang. Jumat (19/11) adalah hari tasyrik ketiga, haris terakhir jamaah melontar jumrah bagi yang mengikuti ketentuan nafar tsani, baru kemudian melakukan Thowaf Wada.

Thowaf Wada' adalah Thowaf perpisahan, seperti thowaf-thowaf lainnya, jamaah juga tujuh kali mengelilingi Kabah. Jangan dibayangkan semua jamaah thowaf dengan ihram. Karena sudah tahalul, maka jamaah cukup mengenakan pakaian biasa. Masing-masing jamaah memilih pakaian mereka sendiri. Ada yang memakai kain batik (biasanya dari Indonesia), ada yang memakai kain motif bunga-bunga seperti batik (bisanya dari India). Ada pula yang memakai jins dan pkaian tradisional masing-masing daerah/negaranya.

Saat thowaf ataupun sai, jamaah bercampur, meski ada beberapa jamaah yang membuat barisan khusus. Rombongan jamaah Indonsia kini banyak yang juga membuat barisan khusus, meniru rombongn dari Turki. Paling depan adalah pembimbing haji, yang membacakan doa dengan keras di setiap putaran, lantas diikuti jamaah.

Ibnu Bathutoh memiliki catatan tawaf di abad ke-14. "Pada acara mengelilingi Kabah, bangunan kubus dari bahan-bahan batuan besar yang berdiri di tengah-tengah mesjid, orang-orang Turki dan Azerbaijan berjalan bersama orang Malinke dari Sudan-Barat. Orang Berber dari Atlas dengan orang India dari Gujarat."

Saat sholat pun, masing-masing mazhab melakukannya sendiri-sendiri dalam waktu bersamaan. Ada empat mazhab, ditambah aliran Syiah, Zaydi, Ibadi, dan aliran-aliran lainnya. Cara lahiriah shalatnya tentu berbeda.

Mazhab Imam Syafii penganutnya sangat besar di Arab saat itu. Ia memperoleh penghormatan besar. Imam mazhab ini dilantik oleh pemerintah. Tempat sholatnya berada di Maqm Ibrahim dan Hatim (bangunan yang melindungi sumur zamzam, tak jauh dari Maqm Ibrahim).

Jamaah dari mazhab Maliki baru akan memulai sholat di sisi dinding Rukun Yamani-Hijr Ismail jika jamah mazhab Syafii telah selesai sholat. Selanjutnya, giliran jamaah mazhab Hambali, yang shalat di dinding sisi Hajar Aswad-Rukun Yamani. Jamaah mazhab Hanafi kebagian tempat menghadap ke sisi Hijr Ismail.

Saat mereka sholat, lilin dinyalakan dekat tempat imam shalat berada. Pada waktu sholat Maghrib, mereka serentak melakukan shalat. Masing-masing imam bersama pengikutnya. Muadzin akan mengeraskan suara penanda pergantian gerak shalat. Akibatnya, ada yang keliru mengikuti suara muadzin itu.

"Para pengikut mazhab Maliki seringkali melakukan ruku bersamaan waktunya dengan rukunya para pengikut Imam Syafi'i melakukan sujud bersamaan dengan sujudnya para pengikut mazhab Hambali, dan Anda melihat mereka sedang mendengarkan penuh perhatian masing-masing suara muazin yang sedang melakukan doa ditujukan kepada makmumnya, sehingga ia tidak jadi korban ketakacuhan," tulis Ibnu Bathutoh.

Ketetapan ini diberikan untuk mengakomodasi semua mazhab, karena tak bisa memaksakan satu mzhab mengikuti mazhab lainnya.Tapi, sejak zaman kekalifahan Utsmaniah jatuh, kemudian dikuasai oleh kaum Wahabi, tak ada lagi pembedaan shalat empat mazjab di Masjidil Haram.

Di Museum Haramain, petugas museum Abdul Rahman, menunjukkan kepada kami foto Masjidil Haram di tahun1320 Hijriyah (1902 Masehi). Ka�bah masih ada pagar melingkar sebagai batas tempat tawaf, dan di sisi luarnya ada bangunan-bangunan kecil menghadap ke maing-masing sisi Kabah. "Bangunan-bangunan kecil itu tempat shalat masing-masing Mazhab," ujar Abdul rahman. Foto yang dibuat tahun 1372 Hijriyah, masih menunjukkan kondisi yang sama.

Jika saat ini sholat bergiliran itu diberlakukan, betapa lamanya waktu yang dibutuhkan. Jamaah selalu memenuhi Masjidil Haram saat ini. Pintu masjid akan ditutup jika masjid sudah penuh atau sholat sudah berlangsung. Jamaah yang terlambat, jika ingin shalat di dalam masjid ya harus menunggu sholat selesai. (min)