Warta 40 HARI GUS DUR

Tahlilan di Ciganjur Beda

NU Online  ·  Senin, 8 Februari 2010 | 10:02 WIB

Jakarta, NU Online
Acara pembacaan doa tahlil di kediaman keluarga KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ciganjur, Jakarta Selatan, mungkin berbeda dengan di tempat lain. Peringatan 40 hari kepergian Gus Dur, Ahad (7/2) malam ini dihadiri para tokoh lintas agama dan seniman.

Para tokoh lintas agama turut mendoakan Gus Dur di sela Tahlilan dengan cara mereka sendiri. Beberapa seniman datang dan ikut mendoakan Gus Dur, juga dengan cara mereka sendiri.<>

Format acara disusun oleh putri-putri Gus Dur dibantu oleh beberapa rekan. Sepertinya susunan acara disesuaikan dengan para tamu yang hadir.

Usai pembacaan Yasin dan Tahlil dibacakan doa oleh seorang kiai, dan selanjutnya disambung dengan doa lintas agama, yang dilantunkan oleh para tokoh agama lain, seperti Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu, juga aliran kepercayaan. Doa lintas agama ini juga ada dalam tahlilan 7 hari Gus Dur.

Pembawa acara Sastro Ngatawi yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim (Lesbumi NU) pada malam 40 itu mengajak para jamaah meniru Gus Dur yang selalu melakukan pembelaan terhadap penganut agama minoritas di Indonesia.

Selanjutnya sejumlah penyanyi seperti Ebiet G. Ade, Group vokal Bimbo dan Franky Sahilatua dengan membawa gitar dan peralatan bernyanyi juga melantunkan nyanyian doa untuk Gus Dur.

Maka seusai khusu membacakan tahlil, para jamaah tahlilan dibuat haru oleh para musisi lagu-lagu batin. Lalu, para penyair juga tak ketinggalan merangkai kata-kata doa dan membacakannya di hadapan jamaah.

Seperti dalam tahlilan hari pertama hinggá hari ketujuh kemarin, pembacaan Yasin dan Tahlil di hari ke-40 dipimpin oleh Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj. Usai pembacaan doa lintas agama dan doa para seniman serta sepatah kata testimoni dari para tokoh, tahlil ditutup kembali dengan pembacaan doa ala Islam.

Mantan wakil presiden Jusuf Kalla di hari ketujuh tahlilan Gus Dur kemarin sempat meminta dibacakan doa ala Islam untuk menutup tahlilan. "Tadi sudah banyak tokoh lintas agama yang berdoa. Barangkali nanti ditutup lagi dengan doa Islam ya!" pintanya. Mungkin Jusuf Kalla adalah salah seorang yang tidak terbiasa dengan "tahlilan lintas agama" seperti berlangsung di Ciganjur itu.

Sementara itu jamaah yang hadir dalam acara tahlilan 40 hari Gus Dur mendapat buku yang berisi Yasin dan tahlil berwarna hijau. Panitia juga membagikan buku berjudul Gus Dur Bertahta di Sanubari yang diedit oleh putrinya, Anisa Hayatunufus. Buku ini diterbitkan oleh The Wahid Institute.

Para pengasuh dan santri dan alumni Pondok Pesantren Ciganjur juga menerbitkan buku khusus di hari ke-40 Gus Dur berjudul Gus Dur yang Kiai. Buku kenangan ini juga dibagikan kepada para jamaah. (nam)