Warta SERBA-SERBI TANAH SUCI

Tudung yang Indah untuk Tugu Syetan

Rab, 10 November 2010 | 12:00 WIB

Makkah, NU Online
Tuduung-tudung (payung-payung) raksasa berdiri kokoh di lantai 6 jembatan jamarat, tempat melontarnya jumroh, di Mina. Inilah yang terbaru dari pembangunan di kawasan jamarat tahun 2010 ini. Beberapa buah tudung untuk menaungi para jamaah yang akan melempar Jumroh. Payung raksasa tersebut menyerupai tenda besar yang berbentuk melingkar dengan pucuknya yang terbuka dan memperlihatkan rangka besi-besinya.

Tugu yang dinaungi tudung ini terdiri dari tiga buah dan disebut jumroh, kini seluruh kawasan tugu biasa disebut sebagai Jamarat. ketiga tugu ini berdiri menjulang dari lantai terbawah (basement) hingga lantai teratas (lantai enam) tanpa terputus, karena dak beton di tiap-tiap lantai dibuat tidak menyambung dengan dengan tugu yang dimetaforakan sebagai syetan tersebut. Dibuat dinding pembatas setinggi satu meter dari alas dak untuk menghalangi manusia agar tidak terjatuh.     
t;
Orang Indonesia biasnya menyebut ketiga tugu ini sebagai Ula, Wusthoo dan 'Aqobah. Namun tampaknya nama terakhir tidak pernah disebutkan dengan cara yang sama oleh pemerintah Arab. Orang-orang Arab yang menjadai polisi dan penjaga lainnya disana juga tampaknya tidak terlalu setuju dengan penyebutan ini. Mereka lebih suka menyebutnya Ula wusthoo dan Kubro. Demikian pula seluruh keterangan resmi di Jamaraat, menyebut dengan Ula Wusthoo dan Kubroo.

Sejumlah pekerja dari berbagai negara hingga hari ini, Rabu (10/11) masih melakukan proses finishing payung tersebut. Mereka mengecek rangka-rangkanya dengan tangga mesin. Sebagian pekerja lainnya melakukan bersih-bersih.

"Kemarin baru diresmikan. Yang pasang payung itu kita, orang Indonesia," kata Mahrus, asal Bojonegoro, Jawa Timur, yang bekerja di kawasan Jamarat kepada NU Online, Senin (8/11). Menurut Mahrus, ada 50 warga negara Indonesia (WNI) yang memasang payung-payung jamarat tersebut.

"Kita tahun ini bersih-bersih sama pasang payung. Kalau gedung jamarat 4 tingkat ini sudah sejak tahun lalu. Biasanya kita bekerja sebagai kuli bangunan di Jabal Umar. Namun sudah sejak sebulan lalu kita dipekerjakan di sini. Saat itu belum ada orang lain selain kita, karena pekerja dari negaa-negara lain baru berdatangan sejak seminggu ini" kata Mahrus.

Gedung jamarat terdiri dari empat tingkat yang mempunyai 6 lantai. Lantai keenam tahun lalu belum dipasangi payung. Sementara lima tahun lalu, kata ketua rombongan KBIH Alkautsar Cirebon, Syarif Abu Bakar, jamarat hanya ada satu lantai.

Jamarat dibuat enam lantai sejak tiga tahun lalu. Selain bertingkat, jamarat juga diperlebar. Tiga tahun lalu, lebar jamarat hanya tiga meter, tapi sekarang lebar jamarat mencapai belasan meter. Selain itu juga pelemparan diatur dalam satu arah.

"Pokoknya jamaah tidak perlu khawatir berlebihan akan kena lemparan batu dan desak-desakan. Sekarang lebih tertib dan aman," jelas Syarif.

Cara masuk jamarat juga diatur sedemikian rupa agar tidak berebut. Begitu memasuki kawasan Jamarat di Mina, para jamaah setelah melalui terowongan para jamaah akan terbagi dalam beberapa jalur atau gate masuk.

Jalur inilah yang mengarahkan jamaah akan melempar jumroh di lantai berapa. Setiap gate ada yang ke lantai satu, lantai dua dan seterusnya. Bagi jamaah yang mengambil jalur tengah akan langsung diarahkan menuju eskalator atau lift lantai 2 hingga 5.

Lift tersebut melaju pelan sehingga tidak membuat khawatir jamaah usia lanjut ataupun jamaah yang berasal dari daerah.

Sudah sepekan ini sejumlah perwakilan haji dari berbagai negara mendatangi jamarat untuk mengecek sekalian gladi bersih pelontaran jumroh. Senin ini selain dari Indonesia tampak juga jamaah dari Sudan, Turki dan India.

Melempar jumroh dimaksudkan sebagai lambang lemparan terhadap iblis yang dilaknat Allah.Jumroh ada tiga yakni jumroh kubro, jumroh wustho dan jumroh ula.

Ritual melempar jumroh mengikuti jejak nabi Ibrahim yang melemparkan batu pada iblis yang menggodanya agar menolak perintah Allah menyembelih putranya Ismail.(min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)