Wawancara

Aktivis Muslim ASEAN: Keberadaan NU Penting Bagi Dunia

Rab, 25 Mei 2016 | 04:05 WIB

Aktivis Muslim ASEAN: Keberadaan NU Penting Bagi Dunia

Ratna Osman dalam sebuah forum internasional.

Hampir sama dengan Indonesia, Malaysia juga berpenduduk mayoritas Muslim. Selain itu warga Malaysia dikenal amat majemuk. Namun, pelaksanaan Islam di Malaysia agak berbeda dengan di Indonesia. Perempuan asal Malaysia Ratna Osman dari ASEAN Progresif Moslem Movement, mengutarakan Islam moderat yang dikembangkan di Indonesia pantas diterapkan di Malaysia dan dunia. 

Berikut wawancara Kontributor NU Online Kendi Setiawan dengan perempuan berperawakan tinggi besar itu sesaat setelah kegiatan International Summit of The Moderate Islamic Leaders (Isomil), Senin-Rabu (9-11/5) lalu di Jakarta. Versi wawancara ini sudah disesuaikan dengan kaidah Bahasa Indonesia.

Ibu, saya ingin tahu Islam di Malaysia seperti apa?

Islam di Malaysia ada beberapa versi. Kalau versi kerajaannya yang harus dipatuhi warga muslim di Malaysia, agak konservatif dan agak mendiskriminasikan kaum wanita dan anak-anak. Dan kalau versi yang lebih sedikit agak progresif dan moderat, tapi agak susah untuk mengeluarkan pendapat atau menjalankan aktivitas karena agak dikekang, dikontrol oleh kerajaan.

Jadi berbeda dengan di Indonesia begitu?

Banyak berbedanya, sebab di Indonesia terutama yang dilakukan NU yang saya dengar terutama Gus Dur, (lewat) kata-kata, pemikiran, kepemimpinan dalam NU itu teramat progresif. Dan Gus Dur, contoh pemimpin yang saya rasa diperlukan di Malaysia. Memang di Malaysia ada ulama-ulama yang progresif, mungkin di dalam kerajaan juga ada yang progresif, tetapi mereka minoritas dan suara mereka tidak boleh menjadi keputusan kerajaan.

Kalau melihat NU dengan kegiatan Isomil yang salah satu agendanya ingin mengembangkan Islam moderat, menurut Ibu bagaimana?

Pertama saya rasa itu adalah satu usaha yang saya amat baik, tetapi memang terlalu rumit, karena (ajaran) Islam memang ada beberapa versi, yang sepatutnya memberi rahmat. Tapi malangnya ada orang Islam yang merasa versi atau interpretasi mereka saja yang diterima oleh Allah. Dan ini bahaya ya, kalau melihat unsur-unsur terorisme dari ISIS misalnya, mereka mengatakan bahwa versi mereka saja yang benar dan Allah menginginkan mereka mendirikan khilafah di muka bumi.

Jadi, mereka melakukan kekerasan dan terorisme di seluruh dunia. Dan ini bukan pelaksanaan Islam. Ini sudah keluar dari Islam. Malangnya seakan-akan seluruh orang muslim juga sudah terjebak di dalamnya kalau kita lihat Islamofobia.

Kira-kira NU dengan Isomil akan berpengaruh untuk Malaysia?

Saya baru ingin mengatakan bahwa yang utama, saya rasa NU ini sangat penting bagi dunia saat ini. Terutama di bagian negara-negara Asia Selatan. Sebab itu saya wakil dari ASEAN Progresif Moslem Movement, mau bekerja sama dengan NU dan strategi awal adalah dari Asia Tenggara. Karena saya rasa dunia Arab dan Timur Tengah mereka punya strategi sendiri dan boleh kerja sama dengan NU, tapi lebih diutamakan lagi kalau diprioritaskan dengan Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei, Filipina. 

Contohnya saya dengar wakil dari kerajaan Malaysia saat ini tidak ada satu pun yang datang ke Isomil. Jadi Malaysia yang terdekat dan sepatutnya menyambut kerja sama Isomil ini, tapi malangnya tidak ada wakil dari Malaysia, kecuali saya. Itu pun dengan keinginan sendiri.

Ibu dapat bertemu dan berdiskusi dengan para peserta dari berbagai negara di forum ini. Bagaimana kesannya?

Alhamdulillah saya amat gembira melihat dan bertemu banyak ulama yang hadir di Isomil ini. Saya berbicara dengan mereka, mereka amat progresif. Jadi kalau NU ini akan meneruskan ke tahap berikutnya, saya mau strateginya dilakukan ke negara-negara ASEAN, dan membawa ulama-ulama yang progresif untuk mengadakan konferensi untuk menyatakan misi penting (Islam moderat). Itu akan lebih mendapat perhatian terutama di Malaysia yang memang memerlukan banyak ulama progresif bukan yang regresif.

Ibu, apakah di Malaysia ada pondok pesantren?

Pesantren yang kita sebut madrasah ada, tetapi tidak seprogresif di Indonesia. Di Indonesia pesantren mempelajari kitab-kitab yang baru yang modern, ulama-ulama yang baru dan bukan hanya kitab kuning. Madrasah di Malaysia tidak modern, juga Universitas Islam Antar Bangsa, pengajarannya dogmatis. Mungkin ada juga yang pumya perhatian terhadap masalah realitas sosial di Malaysia, tetapi lagi-lagi mereka itu minoritas dan mungkin suara mereka tidak didengar atau akan membahayakan diri mereka bila ditunjukkan.

Tentang Muslimat NU Cabang Malaysia. Apa pendapat Ibu?

Itu yang saya tidak tahu itu, saya baru tahu saat berjumpa teman NU dari Malaysia di Isomil ini. Saya berharap bisa bekerjasama denagn mereka. Saya ingin Isomil diadakan lagi di Malaysia dan mengundang para ulama dari kerajaan dan lembaga non pemerintah, supaya kita dapat melakukan dialog yang sehat, yang intelektual dan bukan menuduh-nuduh, bukan  memberi fatwa orang itu sesat. Saya rasa Islam tidak akan berantakan dan terjadi disintegrasi, jika umat negara kuat. 

Masyarakat Malaysia itu majemuk. Islam di Malaysia mayoritas, tapi tidak seperti di Indonesia. Kita memerlukan satu resolusi agar masyarakat Islam di Malaysia bisa membaur dengan non-Islam, bukan membeda-bedakan ini yang Islam ini bukan Islam. Hal ini tidak baik untuk masa depan negara dan masyarakat Malaysia juga.

Kalau soal terorisme di Malaysia bagaimana?

Ancaman teroris di Malaysia memang nyata. Alhamdulilllah, dalam hal ini pihak Kerajaan terus berusaha membatasi aktivitas mereka. Kerajaan bagus dalam pemberantasan terorisme, tapi ada unsur-unsur yang konservatif, ekstrimis dalam Undnag-Undang di Malaysia juga. Misalnya UU Islam yang diterapkan bisa menimbulkan  ekstrimisme yang memang disukai oleh pihak ISIS, misalnya.

Walau hukum tersebut ada dalam Al-Quran, tapi banyak hukum-hukum keluarga dalam Al-Quran tidak dijalankan dengan baik. Kesengsaraan wanita dan anak-anak yang sepatutnya dijaga, haram menyakiti wanita dan anak-anak, itu disebutkan di dalam Al-Quran.

Jadi yang ingin saya katakan bahwa ada unsur-unsur terorisme bukan saja seperti yang kita lihat di luar seperti dengan senjata dengan pengebomam yang dilakukan ISIS. Benih-benih dari ajaran ektrimisme yang ada sekarang ini di Malaysia, ini yang kita mau coba ungkapkan.

Tadi Ibu menyebut Gus Dur, pernah bertemu dengan Gus Dur?

Saya tidak pernah ketemu, tapi banyak rekan-rekan menceritakan tentang Gus Dur, betapa hebatnya Gus Dur. Di kantor saya terpasang Quote Gus Dur, “Islam yang indah bukan menghukum orang.”

(Kendi Setiawan)