Wawancara

PWNU Jateng Menyeimbangkan Peran Diniyah dan Ijtimaiyah NU

Kam, 16 Agustus 2018 | 11:00 WIB

PWNU Jateng Menyeimbangkan Peran Diniyah dan Ijtimaiyah NU

Ketua PWNU Jawa Tengah KH Muzammil

Selain Jawa Timur, Jawa Tengah termasuk daerah yang memiliki Nahdliyin yang besar. Para pendiri NU juga sebagian berasal dari Jawa Tengah misal KHR. Asnawi dari Kudus dan KH Ma'shum Lasem. Dari waktu ke waktu, jumlah Nahdliyin tetap terjaga di wilayah tersebut melalui pesantren dengan kiai dan para santrinya. Serta para pengurus NU sendiri. 

Selama ini, NU dikenal dalam upaya menjaga pemikiran, pergerakan dan amaliah Ahlussunah wal Wajamaah. Karena situasi makin berubah berdasarkan kebutuhan masyarakat yang juga berganti, Pengurus NU di wilayah tersebut tidak hanya bergerak dalam bidang keagamaan, tapi sosial semacam pendidikan, ekonomi dan kesehatan. 

Belum lama ini, PWNU Jawa Tengah berganti. Semula dipimpin duet KH Ubaidillah dan Abu Hafsin. Kini duet KH Ubaidillah dan KH Muzammill. Bagaimana upaya Jawa Tengah untuk memperkuat bidang sosial tanpa meninggalkan peran keagamaannya? Untuk mendapatkan penjelasan itu, Abdullah Alawi dari NU Online berhasil mewawancarai KH Muzammil. Berikut Petikannya: 

Setelah terpilih sebagai Ketua PWNU Jawa Tengah, mimpi besarnya apa, paling tidak selama lima tahun ke depan? 

Di hasil konferensi kemarin ka nada 7 bidang ya, yaitu bidang organissi, pendidikan, pendidikan tinggi, komisi publik, lalu ada perekonomian, ada kesehatan, lalu juga pemberdayaan kader. Ini kita upayakan dibagi tugas dengan lembaga-lembaga. Insyaallah itu didistribusikan ke lembaga-lembaga. Wilayah, kita koordinatif. Fungsi komunikasi, koordinasi, sinkronisasi, nah ini yang dilakukan PW ke depan. 

Di Jawa Tengah dari sisi kultur kan masyarakat luar biasa, Ahlussunah wal Jamaah luar biasa, tinggal dari penguatan kelembagaannya. Kita dorong semua struktur kepengurusan Nahdlatul Ulama ini supaya bisa menjalankan tugas dan fungsinya untuk mengemban amanat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga nahdlatul ulama. Dengan sendirinya kalau itu terwujud ya seratus tahun NU akan bisa  berjalan  sperti yang kita harapkan. Cuma memang tantanganya sangat berat karena pangaruh-pengaruh era informasi sekarang ini harus sering melakukan tabayun. Termasuk kita juga mohon apa arahan-arahan pengurus besar, kesepuhan-kesepuhan yang ada di Jawa Tengah. Ini adalah sesuatu yang penting untuk dilakukan. Selain untuk juga memberdayakan yang masih muda. Yang di IPNU, IPPNU, kemudian Gerakan Pemuda Ansor, kemudian Pencak SIlat Pagar Nusa, dan semua banom kan banyak sekali di lingkungan NU, ada ISNU, toriqoh urang tua kita semua. 

Bagaimana Kiai memastikan 7 program dipastikan berjalan dengan baik?

Nanti kita rapatkan untuk ditentukan skala prioritasnya. Yang mana dulu yang harus kita prioritaskan. Yang mungkin bisa kita lakukan. Dan juga kita nanti mohon sumber daya yang lebih dari supervisi maupun dari kalangan fungsional penting diajak untuk bareng-bareng.

Tujuannya supaya NU itu lebih terasa di masyarakat bagaimana?

Ya, supaya NU lebih terasa kemanfaatannya di masyarakat. Selama ini kan dari sisi keagamaan kan ya. Dari sisi diniyah itu luar biasa, diasuh oleh kiai-kiai. Nah, tinggal dari sisi ijtimaiyahnya, kemasyarakatannya, bagaimana supaya NU bisa punya peranan di persoalana-persoalan ijtimaiyah. Masyarakat yang sekarang ini ada ini kan dulu dibangun oleh ulama-ulama terdahulu. Masyarakat ke depan ya, dibangun oleh ulama-ulama sekarang. Meskipun kemampuan kita jauh berbeda dengan kesepuhan-kesepuhan terdahulu, tapi setidaknya kita punya niat berkhidmah di dalam Nahdlatul Ulama. 

Menurut taksiran, NU Jawa Tengah mampu tidak untuk melakukan peran-peran itu? 

Ya, sudah dimulai oleh kepengurusan-kepengurusan sebelumnya, dan kita tinggal melanjutkan kebaikan-kebaikan yang sudah dilakukan oleh pengurus-pengurus sebelumnya. Dari sisi pendidikan, alhamdulillah ada peningkatan. Dari sisi sosial, nah, ini yang perlu kita garap karena dari segi kesehatan, kita masih minim. Ini yang perlu kita pacu. Kita dorong cabang-acbang untuk proaktif di dalam sosial dan kemasyarakatan. 

Terus formasi yang akan dibangun di kepengurusan PWNU Jateng bagaimana? 

Semuanya kita ajak untuk sama-sama khidmah; dari unsur kesepuhan, dari yang muda, dari yang profesi maupun dari praktisi, semuanya kita ajak untuk bergabung di kepengurusan nanti. Dan alhamdulillah beberapa teman-teman di profesi maupun di akademisi siap membantu.

Syarat mereka untuk bisa jadi pengurus apa? 

Acuan kita adalah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ini. Syarat untuk menjadi anggota NU kan, satu menyetujui anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kemudian yang kedua, melaksanakan bersama-sama dengan pengurus. Ini sesuai dengan  keahlian mereka untuk berkhidmah di NU. Kita merujuk dawuh-dawuh kiai terdahulu, “jangan bertanya apa yang bisa kaudapatkan dari NU, tapi bertanyalah apa yang bisa kauberikan kepada NU”. Ini saya rasa perlu kita terus sosialisasikan. Nah, insyaallah kita optimis bisa berjalan dengan baik. 

Bagaimana NU Jawa Tengah memastikan kaderisasi berjalan sebab mereka yang akan melanjutkan kepengurusan NU yang akan datang?

Kaderisasi di IPNU, IPPNU, kemudian Gerakan Pemuda Ansor, Banser intensif dilakukan di Jawa Tengah. Setiap Sabtu Minggu itu IPNU terus turun ke bawah. Kemarin kita baru ketemu dengan pengurus IPNU, Pimpinan Wilayahnya, lalu dengan Ketua Ansornya, dengan Kktua Muslimat, alhamdulillah ibu-ibu juga aktif untuk menjalankan tugas di badan otonomnya masing-masing. Tinggal bagaimana nanti mensinergikan dengan NU-nya. 

Sebetulnya, apa yang membuat NU berjalan? 

Karena suri tauladan yang ditunjukkan kesepuhan-kesepuahn kita, pemimpin-pemimpin kita sampai hari ini, itu suri tauladan baik yang perlu dilanjutkan di tingkat kepengurusan maupun di tingkat warga. Sangat luar biasa kiai kita dalam rangka mendidik masyarakat, pengurus-pengurus NU, mulai dari pengurus besar sampai anak ranting itu alhamdulillah, beliau-beliau itu sangat luar biasa khidmahnya. Dan ini tidak dimiliki oleh yang lain. 

Kira-kira kendala apa yang bakal dihadapi NU di Jawa Tengah dan bagaimana cara menanggulanginya? 

Kendala yang terjadi selama ini soal waktu ya, banyak sekarang ini yang punya kesibukan-kesibukan yang luar biasa ditambah lalu lintas sering macet. Hambatannya paling itu. Kalau dulu tak ada hambatan lalu lintas, hanya alat transportasinya sederhana. Sekarang alat transportasi luar biasa banyaknya sehingga perjalanan sulit diprediksi. Misalnya kita mau rapat jam sembilan, kemudian ada beberapa pengurus yang belum hadir karena persoalan teknis di jalan. 

Sebentar ladi ada pesta demokrasi. Bagaimana menjaga NU Jawa Tengah agar sesuai tetap dengan khittah NU sebagai acuannya? 

Warga NU itu kan sudah memiliki kriteria-kriteria untuk memilih calon pemimpin. Dan itu sudah disosialisasi oleh kiai-kiai kita. Nah, tinggal ini dilaksanakan. Memang ada upaya-upaya dari untuk mempengaruhi warga NU. Tapi saya yakin warga NU itu bijak di dalam menentukan pilihannya karena beliau-beliau sudah punya gambaran kriteria untuk memilih seperti apa yang harus dipilih. Minimal seperti kejujuran, amanah, fathanah, tabligh. Warga NU sudah punya alarm, relatif dewasa dalam memilih di dalam pemilu. Bukan suatu yang perlu dikhawatirkan. 

Tidak akan memilih calon yang memusuhi NU? 

Ya, mereka sudah punya kriteria. Rajin ngajin pada kiai-kaiainya. Wajib ngaji. Ada selapanan, ada yang lain. 

Supaya PWNU memastikan agar terjadi pengajian yang dikelola kiai NU bagaimana? 

Pengajian merupakan prakarsa dari Nahdliyin. Semuanya prakarsa mereka untuk menegakkan syiar-syiar Islam ala ahlussunah wal jamaah. Tanpa disuruh pun tetap dilaksanakan. Tinggal ijtimaiyah itu supaya berjalan dengan baik. Paling tidak keseimbangan antara diniyah dan ijtimiyah, tawazun (seimbang)

Rencana pelantikan kapan? 

Menyesuaikan waktunya dengan pengurus besar, kapan beliau bisa hadir, kita sambutlah. Mudah-mudahan tidak sampai dua bulan. Kalau pengurus besar kan melayani seluruh Indonesia kan dan kita siap antre.