Mojokerto, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Lesbumi NU Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Abdul Wahid mensinyalir adanya pihak-pihak yang ingin menafikan peran dan jasa-jasa Walisongo dalam menyebarkan Islam di bumi Nusantara. Hal itu terlihat dari munculnya kelompok-kelompok yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia harus sesuai dengan Islam seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
“Kelompok ini biasanya berdakwah dengan cara marah-marah dan menghina kelompok lain. Sangat disayangkan dan tidak mencerminkan budaya Indonesia," katanya saat memberikan sambutan dalam Pra-Raker Lesbumi NU Kabupaten Mojokerto di Desa Kedungmaling, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Rabu (16/01).
Menurutnya, tak bisa dipungkiri bahwa Walisongo mempunyai peran besar dalam mengembangkan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Dikatakannya, metode dakwah Walisongo sangat mengakomodasi budaya lokal, sehingga cepat diterima oleh masyarakat. Tidak ada kekerasan, saling menghina, caci maki dan sebagainya.
"Sebelum Islam masuk ke Mojokerto, disini sudah ada kerajaan besar bernama Majapahit. Saat itu Majapahit sudah punya budaya yang hebat. Dan tentu bila kita syiarkan Islam dengan cara menghapus budaya lokal, maka akan ditolak alias gagal. Dan Walisongo berdakwah dengan cara yang elegan," tambahnya.
Di bagian lain ia menegaksan, berdakwah tidak boleh dilakukan dengan grusa-grusu, apalagi dengan mencaci maki. Sebab, cacian yang keluar dari lisan seorang da’i sangat tajam menusuk hati masyarakat.
"Kesalahan dalam dakwah malah membuat orang yang belum mengenal Islam lari dan takut. Akhirnya tujuan dakwah yang mengajak orang ke kebaikan tidak tercapai. Para ulama terdahulu sudah mencontohkan kita bagaimana cara dakwah di bumi nusantara yaitu menyatu dengan budaya lokal," tambah pria yang biasa dipanggil Gus Dul itu (Syarif Abdurrahman/Aryudi AR).