Menengok Bukti Peradaban Islam di Kota Tulln Austria
Kamis, 8 Oktober 2020 | 12:00 WIB

Akhirnya pada bulan April 2016, mereka membeli sebidang tanah dengan ukuran 1300 m2 dan kemudian pada tanggal 31 Januari 2017 mereka mulai membangun masjid dengan ukuran 500 m2.
Tulln, NU Online
Tulln adalah kota kecil di Austria hilir (Lower Austria) dengan jarak sekitar 50 kilometer dari ibu kota Austria, Wina. Berbeda dengan kota Wina yang ramai dengan bangunan tinggi yang relatif lebih banyak, juga hiruk pikuk aktivitas manusia dan suara kendaraan umum maupun pribadi, kota Tulln menawarkan panorama alam yang natural seperti taman bunga, taman bermain, sungai, hutan. Namun, tetap terdapat pusat perbelanjaan meskipun tak sebesar dan sebanyak di kota Wina. Kota Tulln dapat ditempuh selama kurang lebih 30 menit dari Wina dengan moda transportasi umum kereta api jenis REX maupun S45.
Hal yang sangat menarik yang akan diulas dalam tulisan ini adalah perkembangan Islam di kota Tulln. Jika melihat ibu kota, tak heran bahwa Wina telah memiliki peradaban Islam yang lebih besar dan pesat ditandai dengan banyaknya umat Islam dari berbagai negara seperti Turki, Bosnia and Herzegovina, Timur Tengah (Mesir, Iran) dan Pakistan, masjid yang berdiri tegak serta gerai atau toko makanan halal yang tersedia di kota Wina.
Umat Islam pertama kali datang di kota Tulln sekitar tahun 1970-an, yakni sebanyak sekitar 20 orang berasal dari Turki dan Yugoslavia. Kemudian pada tahun 1992, sekitar 200 orang datang pengungsi dari Bosnia untuk menghindari dampak dari konflik peperangan di Bosnia yang terjadi pada saat itu.
Di kota Tulln, masyarakat Bosnia dapat hidup lebih baik, dapat menjalankan ibadah layaknya sebagai umat Islam, beberapa dari mereka mendapatkan pekerjaan untuk dapat menyambung hidup di negara Austria dan terjalin hubungan pernikahan di antara mereka sampai menghasilkan generasi ke generasi sampai sekarang.
Terbentuknya asosiasi Muslim
Karena tidak adanya fasilitas kegiatan agama di kota Tulln, penduduk Muslim Tulln harus ke Vienna untuk dapat mendapatkan pendidikan agama Islam dan menjalankan Shaat Jumat. Sehingga warga Muslim Bosnia sepakat dan berkomitmen untuk membuat suatu asosiasi warga Muslim Bosnia, yang selanjutnya pada tanggal 17 Februari 2012 diresmikan oleh Pemerintah Austria sebagai Non Government Organization yang dikomando oleh Imam Sanad Kusur.
Proyek pertama dari asosiasi ini adalah pengadaan fasilitas ibadah dan kegiatan agama bagi warga Muslim di Tulln. Mereka menyewa sebuah bangunan pada bulan Desember 2012, yang jaraknya sekitar 200 meter dari masjid sekarang untuk kegiatan ibadah seperti shalat berjamaah dan kajian Islam.
Dengan adanya asosiasi ini, agama Islam semakin berkembang di kota Tulln. Hubungan antar-Muslim di Tulln semakin kuat dan akhirnya sepakat untuk mendirikan sebuah masjid dengan kepemilikan tanah dan bangunan sendiri.
Kemudian, Muslim terutama warga Bosnia memimpin penggalangan dana dari warga Muslim di Austria dan warga Austria secara umum untuk proyek pembangunan masjid baru. Pada bulan April 2016, mereka membeli sebidang tanah dengan ukuran 1300 m2, dan pada tanggal 31 Januari 2017 mereka mulai membangun masjid dengan ukuran 500 m2.
Pembangunan ini dipimpin oleh sebuah perusahaan konstruksi di Austria yang menyumbangkan beberapa material dan membebaskan semua biaya operasional kegiatan konstruksi. Namun, sepanjang proses pembangunan warga muslim Bosnia berpartisipasi di dalamnya.
Al-Kautsar, masjid pertama di Tulln
Akhirnya pada tanggal 30 April 2019, sebuah masjid indah berdiri tegak diresmikan dengan nama Masjid Al-Kautsar Tulln atau dalam Bahasa Bosnia Dzemat Kevser Tulln dengan arsitek khas Turki Usmani (Ottoman Empire). Masjid ini terdiri dari dua lantai dan satu underground.
Pada lantai underground dibuat untuk tempat kajian dan pendidikan anak, kemudian lantai dasar tediri dari ruang utama untuk shalat berjamaah, pantry dan ruang pertemuan atau diskusi serta ruang wudlu untuk jamaah laki-laki dan perempuan. Selanjutnya di lantai dua terdapat ruang jamaah perempuan, kantor imam, ruang seminar dan perpustakaan.
Melihat fasilitas yang ada, masjid ini tidak hanya digunakan untuk shalat berjamaah. Tetapi, juga sebagai pusat studi Islam bagi warga Muslim yang membutuhkan, baik anak-anak maupun dewasa, pernikahan umat Muslim dan bagi warga yang ingin memeluk agama Islam.
Perawatan masjid ini didukung penuh oleh anggota asosiasi. Terdapat iuran sukarela dari mereka dan tentunya bantuan juga datang dari warga Muslim di Austria. Warga Muslim dis ini juga gotong royong untuk menjaga kebersihan masjid, agar masjid tetap terlihat cantik dan bersih. Jika di Indonesia, gotong royong atau dalam istilah Jawa 'gugur gunung tentu sudah sangat biasa, namun jika melihat adat ini di negara barat Austria, bisa jadi sangat spesial. Tetapi, pada prinsipnya dalam Islam sangat menjunjung tinggi gotong royong atau tolong menolong dalam hal kebaikan.
Dengan sisa tanah yang ada, saat ini Masjid Al Kautsar sedang membangun satu lokal untuk membangun tempat tinggal imam masjid, guest house, dan restauran halal.
Warga asli Austria sekitar juga mendukung penuh dari pembangunan dan jalanya masjid ini, beberapa dari warga Austria meskipun non-Muslim juga memberikan donasi untuk pembangunan dan operasional Masjid Al-Kautsar yang cantik ini. Bahkan setiap dua minggu sekali, ada pertemuan antarumat beragama untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Hal ini tentunya menjadi sebuah bukti akan tingginya toleransi antar umat beragama di Austria, khususnya di kota Tulln.
Islam terus berkembang di tengah kedamaian, kerukunan dan keharmonisa di negeri Mozart yang cantik ini.Sampai saat ini terdapat 140 keluarga muslim yang terdiri kurang lebih 500 orang. Komitmen warga Muslim di sini tentunya sangat signifikan berdampak pada perkembangan Islam.
Pada pertemuan saya dengan Imam Senad, selain menceritakan kehidupan Muslim sampai terbangunnya masjid di Tulln, juga menitipkan salam kepada warga negara di Indonesia. Ia berpesan kepada warga negara Indonesia agar tetap menjalin kerja sama yang baik dengan warga Bosnia. Pesan untuk pemerintah agar selalu memperkuat kerja sama Billateral antara Indonesia-Bosnia.
Sejauh ini, kerja sama Indonesia-Bosnia terbilang sangat bagus. Tak sedikit warga Indonesia yang menikah dengan warga Bosnia dan di Bosnia terdapat Masjid Istiqlal yang berdiri kokoh yang menjadi bukti nyata kerjasama Indonesia dan Bosnia.
Sebagai negara dengan mayoritas Islam, tidak sulit bagi warga Indonesia untuk menjalankan ibadah dengan optimal, sehingga dengan adanya tulisan ini yang memberikan gambaran perjuangan warga Muslim di kota Tulln ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada warga di Indonesia untuk meningkatkan kualitas ibadahnya.
Bagi saya, saat ini Masjid Al-Kautsar ini menjadi bagian dari perjalanan pendidikan S-3 saya (part of my PhD life). Secara personal masjid ini tidak hanya menjadi tempat untuk melaksanakan shalat berjamaah, namun menjadi tempat yang tepat untuk saya dalam membangun koneksi dan mendapatkan social life dan skills di mana sebagai seorang guru tentunya saya harus belajar dari berbagai hal termasuk belajar di lingkungan yang sangat multikultural.
Pewarta: Muhamad Nur Ghoyatul Amin
Editor: Kendi Setiawan