Internasional

PCINU AS-Kanada dan Jerman Diskusi Revitalisasi Duta Islam Nusantara

Sel, 14 Desember 2021 | 17:30 WIB

PCINU AS-Kanada dan Jerman Diskusi Revitalisasi Duta Islam Nusantara

Ilustrasi Islam Nusantara. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
Gagasan atau konsep Islam Nusantara yang diusung oleh NU dinilai sebagai konsep terbaik dalam memaknai Islam dan telah diterima oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun ada tantangan tersendiri ketika Islam Nusantara ditawarkan kepada masyarakat Amerika dan Eropa.

 

Tantangan ini tidak lepas dari kondisi mayoritas penduduknya yang beragama Kristen dan tidak sedikit yang terkena sindrom Islamophobia. Mengingat hal tersebut, PCINU Amerika Serikat-Kanada (AS-K) dan Jerman menggelar diskusi bertajuk revitalisasi duta Islam Nusantara yang dilaksanakan secara daring.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Rais Syuriah PCINU Amerika Serikat-Kanada (AS-K) Kiai Shalahudin Kafrawi menyampaikan bahwa ada tiga tantangan utama dalam mempromosikan Islam Nusantara di Amerika dan Kanada. Pertama, Amerika dan Kanada adalah negara sekular sehingga menyodorkan agama sebagai solusi sangat mungkin ditolak.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

“Janganlah berbicara Islam sebagai solusi untuk persoalan yang dihadapi oleh Amerika dan Kanada, membawa agama Protestan saja, agama Kristen sebagai solusi berbagai persoalan ini sangat bermasalah,” ungkap Kiai Shalah dalam rilis yang diterima NU Online, Selasa (14/12/2021).

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Kedua, sambung Kiai Shalah, adanya ketakutan masyarakat Amerika terhadap Islam (islamophobia) bahkan ada sebagian penduduknya yang anti-islam. “Ketiga adalah peristiwa 9/11 yang memunculkan pandangan Islam intoleran dan menggunakan kekerasan. Meskipun peristiwa itu telah berlalu selama 20 tahun, pandangan itu belum dapat dihilangkan secara total,” tambahnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PCINU Jerman Muhammad Rodlin Billah menjelaskan, saat ini muslim di Jerman berjumlah sekitar 5,5 juta atau 6,6% dari jumlah populasi 83 juta jiwa. Secara garis besar, sikap masyarakat Jerman terhadap muslim terbelah menjadi dua.

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

“Kelompok pertama memandang Islam bukan bagian dari Jerman karena tidak turut menjadi akar lahirnya Jerman, kelompok kedua mengakui Islam sebagai bagian Jerman sebab saat ini muslim hidup dan menjalankan ibadah. Kelompok ini didukung mantan Kanselir Angela Merkel, PCINU dipandang boleh berkegiatan keagamaan,” jelas pria yang akrab disapa Gus Oding itu.

 

Selanjutnya, Gus Oding menyampaikan tawaran PCINU Jerman yang menekankan pemanfaatan teknologi dalam menyebarkan Islam Nusantara. Menurutnya, tawaran ini didasarkan pada transisi ke dunia digital.

 

“Teknologi ini memungkinkan sumberdaya NU di seluruh dunia untuk menjadi satu ekosistem yang dapat mengatasi persoalan-persoalan yang ada,” imbuhnya.


Gus Oding juga mengakui masih lemahnya basis data sumberdaya manusia diaspora NU di seluruh dunia. Hal ini perlu ditata sehingga jika NU atau dunia sedang menghadapi sebuah persoalan, NU dapat dengan mudah merujuk ahli yang telah terdata dalam sebuah database.
 

Editor: Aiz Luthfi

ADVERTISEMENT BY ANYMIND