
Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) 2025 yang digelar PP Fatayat NU di Wisma Syahida Inn, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat–Ahad (27–29/6/2025). (Anty Husnawati)
Tangerang Selatan, NU Online
Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama menggandeng Bank Indonesia dalam memperkuat literasi ekonomi syariah bagi perempuan melalui rangkaian kegiatan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) 2025 yang digelar di Wisma Syahida Inn, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat–Ahad (27–29/6/2025). Kolaborasi ini menjadi bagian dari komitmen Fatayat NU untuk mencetak pemimpin perempuan yang tangguh, inklusif, dan memiliki daya saing dalam menggerakkan perubahan sosial berbasis keuangan berkeadilan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat NU, Margaret Aliyatul Maimunah, menyebut kerja sama dengan Bank Indonesia menjadi langkah strategis untuk mengintegrasikan agenda pemberdayaan kader perempuan dengan ekosistem ekonomi syariah nasional.
“Perempuan bukan hanya pengguna sistem ekonomi, tapi juga aktor penggerak. Karena itu, literasi ekonomi syariah harus ditanamkan sebagai bagian dari kepemimpinan transformatif perempuan,” ujarnya di sela kegiatan, Jumat (27/6/25).
Program kolaboratif bertajuk Woman Empowerment: Indonesia Conference on Woman and Sharia Community Empowerment ini menyasar ratusan kader perempuan muda NU dari seluruh Indonesia. Mereka tidak hanya dibekali dengan wawasan kepemimpinan, tetapi juga diajak memahami konsep inklusivitas dalam sistem keuangan syariah yang mampu menjangkau komunitas akar rumput.
“Kita sedang membangun perempuan yang berdaya secara spiritual, intelektual, dan ekonomi. Fatayat NU ingin kadernya tidak hanya fasih dalam advokasi sosial, tetapi juga cakap dalam membaca peluang ekonomi berbasis nilai-nilai Islam,” kata Margaret.
Menurutnya, ekonomi syariah adalah masa depan yang bisa menjembatani antara spiritualitas dan pembangunan berkelanjutan.
Kolaborasi ini juga membuka ruang sinergi antara Fatayat NU dan Bank Indonesia dalam memperkuat pelatihan digital marketing syariah, pengelolaan usaha mikro berbasis komunitas, serta penguatan koperasi perempuan. Fatayat NU menilai, sistem ekonomi yang ramah perempuan dan berbasis nilai bisa menjadi jawaban atas kesenjangan akses dan partisipasi ekonomi di tingkat keluarga hingga masyarakat.
Selain pelatihan, PKN 2025 juga menghadirkan forum inspirasi lintas sektor yang mempertemukan kader perempuan dengan tokoh nasional, praktisi ekonomi, serta aktivis perempuan lintas bidang. Hadir sebagai pembicara antara lain Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo, Gubernur Lemhannas TB Ace Hasan Syadzily, dan Alissa Wahid dari PBNU.
“Ini bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi proses konsolidasi gagasan dan jejaring. Kita butuh pemimpin perempuan yang tidak hanya kuat secara ideologis, tapi juga mampu mengelola sumber daya dan memobilisasi perubahan,” lanjut Margaret. Menurutnya, tantangan hari ini membutuhkan pemimpin perempuan yang mampu bekerja lintas isu dan lintas sektor.
Margaret menekankan bahwa pendekatan Fatayat NU dalam membangun kaderisasi hari ini tidak bisa dilepaskan dari tuntutan zaman. “Kami menyasar generasi muda, Gen-Z dan milenial Nahdliyin, yang melek digital tapi juga haus makna. Maka perlu pendekatan yang substansial, berakar pada nilai Aswaja, dan kontekstual terhadap dinamika sosial,” paparnya.
Rangkaian PKN 2025 juga diisi dengan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang menjadi panduan kader dalam mengimplementasikan materi pelatihan di daerah masing-masing. RTL mencakup strategi distribusi kader, program pendampingan ekonomi perempuan, serta inisiatif literasi syariah berbasis komunitas.
Dengan program ini, Fatayat NU menunjukkan bahwa organisasi perempuan muda Nahdlatul Ulama tidak hanya hadir dalam isu-isu sosial dan keagamaan, tetapi juga mampu menjadi penggerak transformasi ekonomi nasional dari level akar rumput. “Perempuan NU bukan objek perubahan. Kita adalah subjek aktif yang menulis narasi perubahan itu sendiri,” pungkas Margaret.