Nasional

Menkominfo: Santri Harus Terapkan Prinsip Tabayun

Ahad, 3 Maret 2019 | 03:00 WIB

Menkominfo: Santri Harus Terapkan Prinsip Tabayun

Menkominfo, Rudiantara di Pesantren Denanyar, Jombang

Jombang, NU Online
Di tengah banjirnya arus informasi yang tengah terjadi saat ini, Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara mengajak para santri untuk senantiasa menerapkan prinsip tabayun, sebab tabayun merupakan salah satu ajaran dalam Islam.

“Yang pertama tabayun, kedua tabayun, ketiga tabayun. Kita diajarkan dalam Islam untuk tabayun, tabayun, tabayun,” ujarnya.

Hal tersebut disampaikan Menkominfo Rudiantara saat menghadiri 'Seminar Santri Digital' yang dihelat Pesantren Mambaul Ma'arif, Denanyar, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (2/3).

Menurutnya, jika seseorang menerima sesuatu yang tidak benar kemudian langsung membagikan ke tempat lain, itu sama saja dengan melakukan fitnah berjamaah. “Kalau kita menerima sesuatu yang gak benar, kita akan melakukan fitnah berjamaah,” ujarnya. 

Dikatakan, perkembangan dunia digital yang saat ini semakin maju menuntut siapapun agar bisa menyesuaikan diri, termasuk dari kalangan pesantren. "Kita harus mengikuti arus perkembangan zaman dengan tidak mudah terbawa arus, jika bermedsos lakukan hal-hal yang posditif dengan konten-konten yang bermanfaat bagi yang baca, bukan malah menyebar hoaks," ajaknya.

Kegiatan seminar diikuti peserta berasal dari santri Denanyar, dewan asatidz, dan peserta Madrasah Design yang diselenggarakan di Pesantren Denanyar Jombang pada Jumat hingga Sabtu (1-2/3).

Pengasuh Pesantren Denanyar, KH Abdussalam Shokhib mengatakan bahwa perubahan zaman tiap saat yang selalu berkembang dengan cepat dan santri harus bisa meresponnya agar tidak tergilas oleh zaman. “Kita tiap tahun merasakan perubahan zaman yang begitu cepat. Kita sebagai santri harus bisa menyikapi dengan benar. Tidak boleh tergilas oleh arus perubahan itu,” beber Gus Salam.

Ia kemudian juga mengutip ucapan dari Al-Ghazali yang menyatakan bahwa santri yang cerdas adalah santri yang mampu merespon perubahan zaman. “Jadi sebagai santri harus responsif terhadap perubahan zaman,” ujarnya. (Hanan/Muiz)


Terkait