Nasional

Toleransi Masyarakat Jadi Kunci Demokrasi di Indonesia Berjalan Damai

Senin, 29 April 2019 | 17:00 WIB

Jakarta, NU Online
Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Alwan Ola Riantoby, menilai sistem demokrasi di Indonesia dapat berjalan lancar dan damai karena masyarakatnya memiliki toleransi yang tinggi. Hal itu menurut Alwan menjadi pembeda dengan sistem demokrasi yang diterapkan di banyak negara lain.

"Negara-negara lain juga menggunakan sistem demokrasi, tapi ada kelebihan dalam demokrasi lokal yang dimiliki Indonesia. Ini menjadi landasan dasar kenapa perdamaian itu selalu ada dalam negara kita, (yakni) bahwa ada toleransi yang sangat tinggi di negara kita," kata Alwan pada acara Talk Show yang diselenggarakan Kopri PB PMII di Hotel MaxOne Jakarta Pusat, Senin (29/4), dengan tajuk Peace as a value.

Menurut Alwan, toleransi yang ada bisa dilihat dari sejarah negara Indonesia yang tidak pernah terjadi perang antaragama. Padahal, sambungnya, Indonesia merupakan negara yang beragam, baik suku, ras, maupun agamanya.

"Kita bisa hidup dalam perbedaan agama, suku, ras, tanpa ada konflik agama. Kita bisa melihat sejarah kita tidak pernah ada perang agama di negara kita. Yang ada perang dan ada konflik itu kalau mau diidentifikasi, itu akarnya adalah politik saja sebenarnya," ucap Alwan.

Toleransi masyarakat juga dapat dilihat pada pesta demokrasi berupa pemilihan umum serentak pada 17 April. Menurutnya, tensi yang tinggi berlangsung selama proses pemilu, namun hingga pelaksanaan pemilu, tidak terjadi konflik yang membahayakan.

"Artinya apa? masyarakat menggunakan hak pilihnya dalam kedamain, dalam toleransi. Tidak ada konflik yang muncul pada saat itu, (yang) ada kedamaian-kedamaian, ada nilai yang dibangun," ucapnya.

Padahal, katanya melanjutkan, status dan komentar yang berhamburan di media sosial berupa ujaran kebencian, fitnah, dan caci maki. Namun apa yang terjadi di media sosial tidak menjadi sesuatu yang faktual di kehidupan kita.

"Itu terbukti 17 April kemarin. Bahwa kerja-kerja di media sosial bukan kerja-kerja individu-individu kita sebagai seorang masyarakat Indonesia atau pemilih karena  yang kemudian dianalisis tidak terjadi di 17 April, tidak ada dentuman," ucapnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)


Terkait