Daerah

6 Wasiat Penting Ulama Mesir kepada Mahasantri Ma'had Aly MUDI Samalanga Aceh

Sab, 13 Agustus 2022 | 10:00 WIB

6 Wasiat Penting Ulama Mesir kepada Mahasantri Ma'had Aly MUDI Samalanga Aceh

Ulama asal Mesir, Syekh Mustafa Abd al-Nabi memberikan enam wasiat penting untuk para mahasantri Ma'had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga, Aceh, Kamis (11/8/2022). (Foto: istimewa)

Bireuen, NU Online

Ulama asal Mesir, Syekh Mustafa Abd al-Nabi memberikan enam wasiat penting untuk para mahasantri Ma'had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga, Aceh. Hal itu dipaparkannya saat mengakhiri pelatihan dan kajian Daurah Adab al-Bahts wa al-Munadharah, Kamis (11/8/2022). Daurah dilakukanselama beberapa hari di Masjid Ma'had Aly MUDI Samalanga.

 

Syekh Mustafa mengatakan wasiat ini penting disimak bagi pelajar agar mendapat keberhasilan dalam belajarnya. Wasiat pertama yang dipaparkan Syekh Mustafa Abd al-Nabi seharusnya bagi pelajar untuk melakukan tahdhir al-durus sebelum belajar bersama guru. Tahdhir al-durus adalah membaca terlebih dahulu teks yang akan guru baca di majelis ilmu. Hendaknya murid membaca teks tersebut dengan perlahan dan tenang.


Tahdhir al-Durus bertujuan agar murid mencoba memahami terlebih dahulu teks sebelum guru membacanya. Jika murid menemukan bagian yang sulit dipahami saat membaca sendiri, ia akan fokus melihat bagian itu saat belajar.


"Jika pemahamannya keliru dengan apa yang disampaikan guru, dirinya dapat bertanya alasan kiranya bagaimana guru memberi penjelasan semacam itu. Hingga pada akhirnya murid dapat memperoleh pemahaman yang benar juga merasa puas ketika sebelumnya teks masih kurang jelas dipahami," ungkap Syekh Mustafa Abd al-Nabi.


Selanjutnya ia menyebutkan wasiat kedua Hudhur al-majlis atau menghadiri majelis ilmu. Menurutnya hendaknya murid menghadiri majelis ilmu tidak mendengar rekaman. Ia menambahkan banyak murid kadang tidak memahami ilmu pada awal hingga majelis berakhir. Namun dengan keberkahan menghadiri mejelis ilmu, ia akhirnya mendapat futuh dan pemahaman yang baik.


"Wasiat ketiga, murajaah qabl naum (mengulang pelajaran sebelum tidur). Hendaknya murid mengulang pelajaran mereka sebelum tidur paling kurang tiga kali. Karena belajar tanpa mengulang sebelum tidurnya sama saja dengan tidak belajar," paparnya.


Wasiat keempat, muthalaah atau memperdalam ilmu. Hal ini dilakukan sesuai petunjuk guru. Karena guru mengetahui kitab yang pas dan cocok dibaca oleh muridnya. "Hendaknya murid tidak sombong dengan dirinya dan merasa lebih tau. Ia juga tidak boleh tergesa-gesa dalam belajar," urainya.​​​​​​​


Wasiat yang kelima dari Syekh adalah kitabah atau menulis. Keberadaan kitabah ini dapat belajar ketika menulis pelajaran yang didengar dari guru adakalanya dengan membuat ringkasan, syarahan dan lain-lain sesuai kemampuannya dalam menulis. Menulis hendaknya dilakukan dengan bahasa ilmu yaitu bahasa Arab.


"Banyak orang Asia memiliki ilmu yang dalam tetapi sulit mengungkapkan atau menulis dengan bahasa Arab. Ilmu yang disampaikan dengan bahasa Arab mengandung makna yang kuat, jika tidak maka ilmu akan semakin melemah," ulasnya.


Alumnus Fakultas Darul Ulum Universitas Kairo meneruskan wasiat keenam adalah mudarasah. Hal ini yaitu saling berbagi ilmu bersama teman. Bincang ilmu yang didengar dari guru dalam mejelis agar semakin melekat dalam hati.


"Ini sangat penting dilakukan oleh murid agar ilmunya tidak mudah lupa. Bahkan jika tidak ada satu teman pun yang mau mendengar maka berbicaralah dengan dinding," paparnya seraya diikuti tawa mahasantri.


Tgk Iswadi Laweung, penyuluh di KUA Samalanga berharap hendaknya para santri untuk mengimplementasi beberapa wasiat penting yang disampaikan ulama asal Mesir dalam kehidupan sehari-hari santri dan ini sangat inspiratif dan menggugah.


"Seluruh wasiat yang disampaikan oleh Syekh Mustafa Abd al-Nabi seanyak enam wasiat sungguh sangat berfaidah dan marilah kita  amalkan keenam perkara itu agar menjadi malakah atau sifat yang melekat dalam jiwa," pintanya yang juga Kaprodi PMI IAIA Samalanga.


Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Kendi Setiawan