Daerah

Abu MUDI Kukuhkan Pengurus Tastafi Pidie Jaya Aceh

Ahad, 22 Mei 2022 | 14:00 WIB

Abu MUDI Kukuhkan Pengurus Tastafi Pidie Jaya Aceh

Mustasyar PBNU, Syekh H Hasanoel Basri (Abu MUDI), saat melantik pengurus Tastafi yang dipusatkan di Masjid Besar At-Taqarrub Kecamatan Triengadeng, Pidie Jaya. (Foto: NU Online/Helmi)

Pidie Jaya, NU Online
Pengurus pengajian Tauhid, Tasawuf, dan Fiqih (Tastafi) periode 2022-2027 Pidie Jaya (Pijay) dikukuhkan oleh pendiri Tastafi yang juga Mustasyar PBNU, Syekh H Hasanoel Basri (Abu MUDI), yang dipusatkan di Masjid Islamic Center Kabupaten atau Masjid Besar At-Taqarrub Kecamatan Triengadeng.


“Alhamdulillah, pelantikan dan pengukuhan Tastafi Pidie Jaya berlangsung lancar dan sukses serta dihadiri ribuan jamaah dari berbagai daerah,” ungkap ketua panitia pelaksana Tgk Jamaludin kepada NU Online, Sabtu (21/5/2022).


Tgk Jamaludin mengatakan, dalam prosesi pengukuhan Tastafi tersebut turut hadir utusan Tastafi pusat, Bupati Pijay H Aiyub bin Abbas, Wakil Bupati H Said Mulyadi, Sekda Jailani Beuramat, puluhan ulama serta ribuan jamaah Tastafi baik dari kalangan dayah atau pesantren maupun balai pengajian dari delapan kecamatan.


“Al-Mursyid Abu MUDI, selain melakukan pelantikan dan Peusijuek Tastafi Pijay itu yang dinakhodai Tgk H Asbahani, Sekretaris Tgk H Zulkifli Harun, Abu MUDI juga memberikan tausiyah dan pengajian umum,” lanjutnya.


Tgk Andika selaku sekretaris pelantikan tersebut menyebutkan bahwa dalam acara itu juga diisi serah terima dari Ketua Tastafi lama Waled Munir Kiran kepada Abi Asbahani Ketua Tastafi baru periode 2022-2027.


“Sebelum proses pelantikan serta pengukuhan zikir bersama bertepatan haul ke-63 Abuya Syekh H Muhammad Waly al-Khalidi (Abuya Muda Waly). Zikir dan doa bersama berlangsung meriah dan masyarakat antusias menghadiri acara tersebut,” ungkapnya.


Bupati Pidie Jaya, H Aiyub bin Abbas, juga berharap lewat lembaga Tastafi ini dapat membangun ilmu agama secara mendalam bagi masyarakat.


“Saya menitip pesan besar kepada segenap pengurus Tastafi untuk lebih proaktif dalam meningkatkan kualitas iman, ilmu, dan takwa masyarakat dalam bingkai Ahlussunnah Wal Jamaah,” ujarnya.


Sementara itu, Ketua Tastafi Pijay Tgk H Asbahani mengatakan, sebagai organisasi yang bergerak di bidang pengajian dan zikir tasawuf, tauhid, dan fiqih maka bisa masuk ke semua elemen masyarakat. “Sebab, Tastafi hadir untuk menyelamatkan masyarakat dari pengaruh aliran sesat,” ungkapnya.


Informasi yang dihimpun NU Online, Tastafi yang didirikan Abu MUDI merupakan manhaj Aswaja yang juga menjadi pegangan Tastafi, merupakan ajaran tawassuth (moderat) antara dalil naqli dan rasionalitas di bidang tauhid.


Begitu juga tasawuf yang diajarkan oleh Imam Junaidi al-Bughdadi dan ulama lainnya sebagai ikutan yang direpresentasikan dalam bentuk lebih moderat oleh Imam al-Ghazali. Sedangkan fiqh berlandaskan empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali), maka lengkaplah ketiga pilar ilmu dalam perahu Tastafi.


Hal tersebut diperkuat oleh perkataan Imam Malik, “Barangsiapa mempelajari dan mengamalkan tasawuf tanpa fikih, maka dia telah zindik. Barangsiapa mempelajari fikih tanpa tasawuf, maka dia tersesat. Barangsiapa yang mempelajari tasawuf disertai fikih, maka dia meraih kebenaran dan realitas dalam Islam.” (Ali al-Adawi dalam kitab Ulama Fiqih, Juz II, hal 195).


Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Musthofa Asrori