Daerah

Agama dan Negara Saudara Kembar dalam Merawat Kebinekaan

Sel, 13 Oktober 2020 | 07:00 WIB

Agama dan Negara Saudara Kembar dalam Merawat Kebinekaan

Dialog publik Sema-I IAIN Surakarta (Foto: NU Online/Arin)

Sukoharjo, NU Online
Sesuai dengan pandangan Imam Al-Ghazali, agama dan negara merupakan saudara kembar, di mana agama merupakan pondasi dan negara sebagai penjaga. Jika pondasi (agama) runtuh maka peran penjaga (negara) pun akan sirna.

 

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sukoharjo, KH Abdullah Faishol mengatakan, dalam penentuan bentuk negara, Soekarno turut meminta pendapat dari para ulama, salah satunya KH Hasyim Asy'ari. 

 

"Dari proses istikharah para ulama tersebut, maka di putuskanlah bentuk 'Darus Salam' (negeri damai) sebagai bentuk yag tepat bagi seluruh masyarakat Indonesia yang penuh dengan keberagaman," ujarnya

 

Hal itu disampaikan Kiai Abdullah dalam kegiatan Dialog Publik di Grha IAIN Surakarta, Senin (12/10).

 

Dijelaskan, sesuai hasil tirakat para ulama, maka disepakati bahwa bentuk yang diinginkan yaitu darus salam, di mana bentuk negara ini menghendaki penyatuan seluruh potensi bangsa, persamaan Hak, dan menjunjung tinggi perdamaian sesuai dengan misi agama. 

 

Perwakilan Polres Sukoharjo, Suyono menyampaikan bahwa Indonesia memiliki banyak potensi yang luar biasa dengan pluralitas yang ada di dalamnya.

 

"Pluralitas merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Banyaknya pulau, suku, bahasa, agama, dan budaya dapat kita jadikan sarana untuk membangun bangsa yang stabil. Menghindari pluralisme sama saja dengan menghindari kenyataan dari perbedaan mengenai cara pandang dan keyakinan (agama) yang hidup di masyarakat Indonesia," tuturnya.

 

Pada kegiatan yang dihelat Senat Mahasiswa Institut (Sema-I) IAIN Surakarta ini hadir pula pemateri lain yaitu seorang Advokat sekaligus Dosen IAIN Surakarta, Siti Kasiyati dan Kepala Program Studi Fakultas Hukum di Universitas Sebelas Maret (UNS) Muhammad Rustamaji. 

 

Kontributor: Arindya
Editor: Abdul Muiz