Daerah

Aktivis Fatayat NU Jogja Luncurkan Novel Berjudul 'Hilda'

Rab, 5 Februari 2020 | 11:00 WIB

Aktivis Fatayat NU Jogja Luncurkan Novel Berjudul 'Hilda'

Peluncuran Novel Hilda di Pesantren Krapyak Yogyakarta, Jumat (31/1). (Foto: NU Online/Mahmudah)

Yogyakarta, NU Online
Terilhami sebuah kisah nyata di salah satu sekolah yang melakukan diskriminasi dan mengeluarkan seorang siswinya karena hamil di luar nikah, Aktivis Fatayat NU Yogyakarta, Muyassaroh (Muyas) meluncurkan Novel berjudul 'Hilda'. Siswi ini harus menerima kenyataan pahit dikeluarkan dari sekolahnya sedangkan anak yang menghamilinya sama sekali tidak dikeluarkan. 
 
"Hamilnya juga karena diperkosa,” tutur Muyas yang saat mendengar kisah itu masih menjadi Kepala MTs Binaul Ummah Wonolelo Pleret Bantul, tahun 2018.
 
Melihat kenyataan itu lah, jiwa aktivis Muyas berontak. Muyas pun kemudian berfikir bagaimana mengemas sebuah karya yang mampu memberikan pesan untuk mengangkat harkat perempuan di tengah kondisi yang guncang akibat perkosaan. 
 
Ide ini pun ia tuangkan dalam tulisan cerita bersambung (cerbung) dan diunggah di Website Fatayat NU DIY yang memang menjadi tugasnya untuk mengembangkannya selaku koordinator penelitian dan pengembangan (Litbang). Langkah ini juga sebagai upaya untuk menghidupkan website Fatayat yakni www.fatayatdiy.com. 
 
“Awalnya, kami Divisi Litbang bertugas mengawal website Fatayat. Karena tidak mudah mengelola website itu, sementara kontributor juga tidak bisa aktif menuliskan karya setiap saat, maka saya berinisiatif untuk menulis cerita bersambung," katanya saat peluncuran Novel 'Hilda' di Aula Pesantren Krapyak Yogyakarta, Jumat (31/1).
 
Terbitnya cerbung ini ternyata mendapat respon, komentar, dan apresiasi dari banyak pihak. Apalagi, sebagian nama-nama tokoh yang ada dalam cerbung tersebut juga mengambil nama-nama tokoh di Fatayat NU DIY. Ketika cerbung sudah sampai pada bagian ke-40-an, lanjut Muyas, banyak sekali yang mendukung agar diterbitkan menjadi novel. 
 
“Saya sangat berterima kasih kepada para kiai, guru, dan sahabat Fatayat yang selalu mendukung kami untuk terus berkarya. Terlebih di Pesantren Krapyak ini yang selalu memberikan inspirasi bagi kami untuk meniru jejak-jejak para kiai yang luar biasa jasanya untuk masyarakat dan bangsa,” tegas Muyas. 
 
Pengasuh Pesantren Krapyak Yogyakarta Ibu Nyai Hj Ida Rufaida Ali Maksum pun merasa bangga atas terbitnya novel ini. Novel 'Hilda' menurutnya memberikan pelajaran penting bagi masyarakat khususnya kaum wanita.
 
Ibu Nyai Ida juga menegaskan bahwa KH Ali Maksum sangat bangga dengan santri-santrinya yang mau menulis. Mbah Ali selalu mendorong dan memberikan apresiasi yang tinggi, karena menulis itu jariyah yang sangat istimewa. 
 
“Belum tentu yang menulis itu lebih pinter. Belum tentu yang bisa pidato itu lebih pinter. Tapi bisa menulis itu sangat bagus sebagai jariyah. Makanya, Mbah Ali Maksum sangat mengapresiasi sahabat karibnya, Mbah Bisri Mustofa yang begitu rajin dalam menulis kitab,” tegas Ibu Nyai Ida. 
 
Ia pun mendukung Muyas dan para penulis lainnya untuk terus menulis dengan karya-karya yang lebih bagus lagi di masa depan.  “Muyas ini alumni Krapyak. Muyas ini juga pembimbing karya tulis siswa MA Ali Maksum. Selain itu, Muyas juga aktif di Fatayat NU DIY,” pungkas Ibu Nyai Ida. 
 
Sementara Ketua PW Fatayat NU DIY Khotimatul Husna menegaskan, Fatayat NU DIY telah melahirkan banyak kader yang mampu menulis novel dengan bagus sekali. Pertama, Abidah El-Khaliqie yang diterbitkan YKF Fatayat dengan novel 'Perempuan Berkalung Surban'. Yang kedua, sekarang ini adalah Muyassaroh dengan novelnya berjudul 'Hilda'. 
 
“Jarak waktu antara kedua novel ini sangat lama. Makanya, kami akan mendorong para kader Fatayat untuk menulis lebih produktif lagi, termasuk dalam karya sastra. Ini sangat penting untuk menyuarakan kepentingan pemberdayaan kaum perempuan melalui berbagai karya,” tegas Khotim. 
 
Khotim juga mengajak para santri putri untuk ikut serta berkarya, dan menulis di web Fatayat NU DIY. Dengan hal ini ia berharap akan lahir karya-karya yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
 
Bedah buku ini dihadiri dua narasumber, yakni Joni Ariadinata (sastrawan) dan Rindang Farihah (tokoh pemberdayaan perempuan dan Wakil Ketua PW Fatayat NU DIY). Selain dihadiri para santri Krapyak, juga dihadiri aktivis Fatayat dari Yogya dan bahkan dari Jakarta di antaranya dua anggota DPD RI, yakni KH Hilmy Muhammad (DPD RI Dapil DIY) dan Jihan Nurlela (DPD RI Dapil Lampung).
 
Kontributor: Mahmudah
Editor: Muhammad Faizin