Daerah

Alasan Orang Memproduksi Hoaks sebagai Perjuangan

NU Online  ·  Kamis, 29 November 2018 | 16:30 WIB

Alasan Orang Memproduksi Hoaks sebagai Perjuangan

Talk show 'Menolak Provokasi' Rabu (28/11).

Bekasi, NU Online
Untuk menangkal adanya provokasi dan penyebaran hoaks menjelang pemilihan presiden tahun 2019, Jaringan Literasi Santri Jawa Barat mengadakan talk show bersama para santri Pesantren An-Nur Bekasi Utara, Rabu (28.11).

Hadir sebagai pembicara adalah KH Ali M Abdillah (pengurus MUI), Nur Cholis (ICRP), dan Ustadz Ahmad Ushtuchri (Pengasuh Pesantren An-Nur). Talk show ini mengangkat tema Menolak Provokasi, Merawat Damai dalam Kebhinekaan. 

Ali M Abdillah membuka talk show dengan pertanyaan mengapa banyak yang menyebar hoaks untuk tujuan politik, dengan mengatasnamakan Islam? Menurutnya tujuannya jelas, yaitu ingin mendukung calon pilihannya agar jadi presiden dan wakil presiden.

"Memproduksi hoaks seolah-olah sudah bagian dari perjuangan. Apalagi mereka yang baru belajar agama, mereka merasa (dengan menyebarkan hoaks) berjuang," tambahnya. 

Ia mengatakan prihatin dengan banyaknya anak muda terprovokasi ikut berjuang untuk Islam dengan menghadiri reuni 212 di Monas dengan alasan jihad Islam.

"Jihad kalian (pelajar) adalah belajar, berjuang meraih cita-cita mencapai pendidikan tinggi. Dapatkan beasiswa ke luar negeri," tandas Ketua Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyyah (MATAN) DKI Jakarta ini. 

KH Ali M Abdillah berpesan pada para santri agar tetap fokus pada belajar. Tidak perlu ikut perdebatan politik di media sosial. "Kita fokus saja belajar dengan rajin. Jangan ikut sibuk mikir politik. Itu urusan orang dewasa. Tugas kita belajar," ujarnya. 

Soal pilihan politik, Sekretaris Jamiyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah (Jatman) ini juga berpesan kepada santri sebagai pemilih pemula. Kalau sudah punya hak pilih agar memilih calon yang dapat memperjuangkan NU dan memperjuangkan pesantren.

Sementara itu, Nur Cholis menambahkan bagaimana menyikapi hoaks. "Kita sebagai remaja atau anak sekolah, saya kira tidak perlu banyak terlibat di politik praktis," katanya. 

"Kita juga harus saling menghargai perbedaan politik. Tidak perlu saling mengejek. Apalagi ikut menyebarkan hoaks," tambahnya. (Zainul Wafa/Kendi Setiawan)