Daerah

Aliansi Santri Jember Tuntut JFC Minta Maaf Secara Terbuka

Kam, 8 Agustus 2019 | 00:00 WIB

Aliansi Santri Jember Tuntut JFC Minta Maaf  Secara Terbuka

Suasana unjuk rasa terkait porno aksi JFC di depan kantor Bupati Jember

Jember, NU Online

Bola panas kasus porno aksi JFC (Jember Fashion Carnaval) terus menggelinding. Kali ini 100-an orang yang tergabung dalam Aliansi Santri Jember (ASJ) menggelar unjuk rasa di depan Kantor Bupati Jember, Rabu (7/8). Mereka menuntut manajemen JFC dan Bupati Jember meminta maaf atas terjadinya porno aksi yang melibatkan sejumlah peserta JFC.

 

“Walaupun kemarin Bupati Jember sudah meminta maaf. Tapi warga Jember butuh permintaan maaf secara terbuka di depan kita-kita. Sebab pelanggarannya dilakukan di depan umum, terbuka juga,” teriak koordinator aksi, Fathurrahman.

 

Seperti diketahui, JFC yang yang berakhir Ahad (4/8) lalu itu menuai murka masyarakat. Pasalnya pakaian artis Cinta Laura yng menjadi peserta kehormatan JFC, dinilai tak pantas untuk ditonton warga Jember. Dalam penampilannya, Cinta Laura ‘hanya’ mengenakan baju terusan namun tak sampai ke bawah lutut. Dari kaki hingga jauh di atas lutut, dibiarkan tanpa balutan kain. Sedangkan beberapa peserta lain juga tak kalah hebohnya. Mereka bahkan lebih berani memajang auratnya hingga ‘paling atas’ meski masih ditutup dengan kain yang terpotong-potong. Namun tak ayal ketika dia berjalan, petutup itupun tersibak, hingga kelihatan aurat utamanya.

 

“Itu tidak bisa kita terima, karena mencederai budaya Jember sebagai kota santri, dan masyarakatnya relijius,” lanjutnya.

 

Wakil Bupati Jember, KH Abdul Muqit Arief yang menemui pengunjuk rasa mengamini permintaan mereka. Bahkan saat itu juga ia meminta maaf secara terbuka. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh pengunjuk rasa sebagai bentuk rasa cintanya kepada Jember.

 

"Ini (unjuk rasa) kontrol sebagai bentuk kecintaan kita terhadap Jember dan masyarakat Jember," tuturnya.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah, Silo itu menegaskan bahwa kegiatan apapun yang digelar di Jember tidak boleh menodai relijiusitas warga Jember. Sebab jika itu terjadi, maka warga Jember pasti tersinggung, dan marah.

 

“Kegiatan apapun kita berharap jangan sampai mengubah tradisi di Jember yang sangat lekat dengan budaya pesantren," ujarnya.

 

Ia juga menegaskan bahwa gonjang-ganjing kasus JFC dianggap selesai setelah para kiai dan tokoh masyarakat bertemu Bupati Jember, Selasa (6/8), yang dari situ permintaan maaf sudah dilakukan.

 

Pewarta : Aryudi AR