Daerah

Ansor Kalbar Kawal Gerakan Pembacaan 4.444 Shalawat Nariyah

Sen, 21 Oktober 2019 | 11:30 WIB

Ansor Kalbar Kawal Gerakan Pembacaan 4.444 Shalawat Nariyah

PW GP Ansor Kalimantan Barat menggelar pembacaan 4.444 Shalawat Nariyah. (Foto: NU Online/Ahmad Imamul Arifin)

Pontianak, NU Online
Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kalimantan Barat menggelar pembacaan 4.444 Shalawat Nariyah. Kegiatan juga sebagai fefleksi Resolusi Jihad NU dalam tangka Hari Santri 2019 di aula Wakil Wali Kota Pontianak, Ahad (20/10).
 
Acara dihadiri M Nurdin selaku Ketua PW GP Ansor Kalimantan Barat, Bahasan sebagai Wakil Wali Kota Pontianak dan badan otonom NU. Baik dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), maupun Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) dan seluruh tamu undangan.
 
“Kepada semua sahabat terutama untuk warga NU dipersilakan jika ada pemikiran-pemikiran atau ide-ide untuk kemajuan silakan sampaikan,” kata Bahasan selaku Wakil Wali Kota Pontianak.
 
Dirinya juga berharap berkah dari pembacaan shalawat nariyah agar segala hajat bisa terkabul. 
 
“Dan mudah-mudahan NU tetap hits, NU tetap eksis mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI hingga hari kiamat nanti,” harapnya.
 
Narasumber yang dihadirkan pada refleksi Resolusi Jihad, Abdul Mukti menyampaikan bagaimana membayangkan jika Indonesia tanpa NU. 
 
“Mungkin sekarang jadi seperti negara-negara yang lain yang menganut sistem khilafah,” ungkapnya. Pada saat yang sama disampaikan bahwa Barisan Ansor Serbaguna atau Banser dan Ansor adalah tombak atau garda terdepan untuk menyelamatkan NKRI, lanjutnya.
 
Menurutnya, Resulusi Jihad adalah sebuah karya besar bahwa kiai di kampung memiliki wawasan global. Karenanya, tugas generasi muda saat ini adalah bagaimana mengisi perjuangan yang telah diupayakan para ulama dan kiai terdahulu.
 
“Mari kita rapatkan barisan menjelang satu abad NU untuk memposisikan agar tidak hanya menjadi sebuah maf'ul akan tetapi memposisikan menjadi fa'il,” ungkapnya.
 
 
Kontributor: Ahmad Imamul Arifin
Editor: Ibnu Nawawi