Daerah

Antisipasi Bonus Demografi, Alumni PMII UI Gagas Visi NU 2026

NU Online  ·  Selasa, 17 Desember 2013 | 03:08 WIB

Jakarta, NU Online
Indonesia akan mempunyai peluang (windows opportunity) untuk menjadi negara maju pada 2020-2030 bila mampu memanfaatkan bonus demografi yang akan terjadi pada periode tersebut.  Untuk itulah, maka NU perlu merumuskan Visi NU 2026 untuk mengantisipasi bonus demografi tersebut.  
<>
Demikian pendapat Abdillah Ahsan, peneliti Lembaga Demografi FEUI pada roundtable discussion “Refleksi Akhir Tahun 2013, Outlook 2014 dan Visi NU 2026” yang diselenggarakan Forum Alumni PMII UI di ruang sidang Pusat Studi Jepang Kampus UI Depok, Sabtu 14/12. 

Bonus demografi adalah situasi kependudukan dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari jumlah penduduk non produktif. Namun bonus demografi ini hanya dapat membawa sebuah negara menjadi negara industri maju bila penduduknya mempunyai kualitas yang tinggi di bidang pendidikan dan kesehatan.

“Oleh karena itu, maka NU harus fokus pada dua bidang tersebut, pendidikan dan kesehatan agar di usianya yang ke 100 tahun pada 2026, NU mampu menjadi aktor utama yang memainkan peranan penting di Indonesia” tandas Abdillah yang juga dipercaya menjadi Sekretaris Umum Forum Alumni PMII UI. 
Peran Penting NU

Sementara itu, Wakil Sekjen PBNU Adnan Anwar yang juga menjadi salah satu pembicara menyatakan bahwa NU kini sudah mempunyai peran penting tidak hanya di lingkup nasional tapi juga di level internasional.

“Dalam beberapa tahun ini, NU keliling dunia menyerukan perdamaian di Afghanistan, Mesir dan negara-negara Islam lainnya dan NU diterima sangat baik di negara-negara tersebut”, urai Adnan Anwar yang semasa mahasiswa aktif di PMII Unair.

Namun, pembicara lainnya, Muhammad Yusuf Kosim, direktur riset lembaga survey Indo Barometer mengatakan bahwa peran kiai dan ulama dalam politik kini semakin berkurang yang ditandai dengan kalahnya beberapa kandidat yang didukung kiai dan ulama di berbagai pilkada. 

Yusuf Kosim berpendapat bahwa NU harus mendorong kader-kadernya yang kompeten dan berintegritas untuk berperan dalam pentas politik nasional mengingat besarnya populasi warga NU di Indonesia.

Pembicara terakhir, Sejarawan UI Andi Achdian mengungkapkan apresiasinya atas diskusi yang membahas visi-visi besar dan strategis.

“Sikap statesmanship atau kenegarawanan merupakan sikap yang penting yang semakin langka di republik ini. NU bisa memulai sikap kenegarawanan tersebut dengan mengeluarkan gagasan-gagasan besar tentang bangsa dan tidak larut dalam politik praktis,” utai Andi Achdian.

Diskusi yang dihadiri sekitar 50-an peserta juga dihadiri oleh sejumlah alumni PMII UI yang berprofesi dosen, PNS, profesional ataupun yang sedang menempuh pendidikan master di luar negeri seperti Gunawan (Dosen Fakultas Teknik UI), Yon Mahmudi (Dosen FIB UI), Feri (Bappenas), Ahmad Munir (Peneliti FMIPA UI), Ahmad Yuzki (Peneliti FIB UI), Baidowi (Kemenakertrans), Alfariany (Mahasiswa S-2 ANU Canberra).  Selain itu juga hadir kalangan mahasiswa dari Koorcab PMII Jawa Barat, PMII Cabang Depok dan KMNU IPB. (alfany/mukafi niam)