Daerah

Antisipasi Kegalauan Fajar Sadboy, Anak Butuh Dukungan Orang Tua

Kam, 5 Januari 2023 | 06:00 WIB

Antisipasi Kegalauan Fajar Sadboy, Anak Butuh Dukungan Orang Tua

Untuk mencegah kegalauan seperti yang dialami Fajar Sadboy dibutuhkan dukungan orang-orang terdekat khususnya orang tua. Pendampiang orang tua juga diperlukan agar anak-anak yang menonton video Fajar Sadboy tidak terbawa pada kagalauan. (Foto: tangkapan video Youtube opra.ent)

Sumenep, NU Online 
Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Cabang Sumenep Kiai Zamzami Sabiq Hamid, mengatakan kegalauan Fajar Sadboy butuh dukungan dari orang-orang terdekat untuk mengatasi masalahnya, khususnya orang tua. Sebisa mungkin orang tuanya menjadi orang terdekat yang mendukung penyelesaian masalah.


"Label yang diterima Fajar dengan sebutan Sadboy, tentu secara psikologis akan berpengaruh dan orang-orang terdekat harus bisa menghilangkan label negatif tersebut. Ia butuh support system dan lingkungan yang mendukung mengatasi masalah pribadinya daripada mengumbarnya di media," harapnya saat dikonfirmasi NU Online, Rabu (4/1/2023).


Ia mengimbau pada orang tua agar hadir secara fisik dan psikis dalam pola asuh pada anak. Dengan begitu, orang tua bisa menjadi tempat yang nyaman bagi anak untuk berkeluh kesah dan curhat. Sesekali orang tua perlu menanyakan perasaan yang dialami oleh anak dan memahami apa yang dialami dan dirasakannya.


"Berhubung kadung viral di gadget, mohon dipantau anak-anak kita. Tontonan yang bermutu bagi anak adalah tontonan yang mengandung nilai edukasi, sesuai dengan tahapan perkembangan anak serta mendukung pola pikir positif," ungkap Sekretaris Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Sumenep itu.


Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Aengdake, Bluto, Sumenep ini menambahkan, penggalan video yang beredar tak pantas ditonton oleh anak-anak, apalagi dijadikan status di Whatsapp. Hal itu karena kegalauannya lebih banyak pada hal-hal negatif. Ia khawatir dicontoh oleh anak-anak.


"Ke depan, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) harus membatasi. Jangan sampai stasiun TV atau public figure menyajikan tontonan yang kurang edukatif bagi anak," tandas dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk ini.


Kontributor: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan