Daerah

Begini Cara OKP dan Anak Jalanan Peringati Konfrensi Asia Afrika

NU Online  ·  Ahad, 28 April 2019 | 10:15 WIB

Begini Cara OKP dan Anak Jalanan Peringati Konfrensi Asia Afrika

Peserta talk show peringatan Konferensi Asia Afrika di Pontianak.

Pontianak, NU Online
Sejumlah Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda atau OKP di Pontianak, Kalimantan barat memperingati Konferensi Asia Afrika (KAA) dengan menggelar talk show. Hal yang mengemuka dari kegiatan tersebut adalah keinginan bersama untuk menjaga perdamaian dan kebersamaan.

OKP dimaksud adalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),  dan kelompok penyanyi jalanan. Tema acara adalah Indonesia Bersama Palestina dan dipusatkan di Canopy Center, Pontianak, Sabtu (27/4).

Masjuki sebagai narasumber mengatakan bahwa KAA merupakan momen bersejarah, dalam hal ini Indonesia termasuk negara pencetus atau penggiat peristiwa monumental tersebut.

“Salah satu poin penting dari the ten principle dari Konferensi Asia Afrika adalah menghargai Hak Asasi Manusia atau HAM,” kata Ketua PC HMI Pontianak tersebut. Diharapkan dengan komitmen tersebut bisa menangani konflik kemanusiaan, lanjutnya.

Dirinya juga mengingatkan bahwa Indonesia usai momen pemilihan umum kemarin harus tetap menjaga kedamaian. “Karena dari kejadian pemilu kemarin terlihat bahwa budaya menghargai masyarakat Indonesia mulai luntur,” ungkapnya.

Menurutnya, budaya menghargai sangatlah penting, karena Palestina sudah tidak aman akibat tidak adanya toleransi atau saling menghargai, Indonesia merupakan negara yang majemuk dalam agama yang merupakan sebuah keniscayaan. “Dan Indonesia adalah bukti dari keniscayaan itu,” imbuhnya.

Hasanie Mubarak mengatakan bahwa konflik Palestina semakin membengkak akibat adanya media, yang kadang kala isu-isunya tidak sesuai atau hanya framing. “Untuk itu memang perlu berhati-hati dalam mengonsumsi media,” jelas Ketua 1 PMII Pontianak ini.

Hal tersebut diperparah dengan karakteristik milenial yang swing over.  “Artinya berada di satu pusaran, yang generasi milenial tersebut berkarakter kritikal ketika disuguhkan fenomena,” ungkapnya.

Ia menjelaskan di Palestina merupakan konflik politik yang sekarang bergeser ke konflik agama. “Suatu negara jika membawa ranah agama, maka sensitivitasnya akan meningkat dan tentunya mudah terjadi konflik,” ungkapnya.

Baginya, konflik Palestina benang merahnya adalah tentang kemanusiaan. “Di darah manapun pasti akan menyuarakan kemanusiaan untuk Palestina,” tandasnya. 

Narasumber lain adalah Rival Aqma Rianda selaku Ketua GMNI Pontianak. Juga Abd Hakim, selaku direktur SCoPS komunitas pemerhati Palestina. Acara dimoderatori Doni dari IAIN Pontianak. (Siti Maulida/Ibnu Nawawi)