Daerah

Berkat Bertani Sayur Mayur, Warga Pamarayan Kini Sejahtera

Sab, 26 Oktober 2019 | 01:00 WIB

Berkat Bertani Sayur Mayur, Warga Pamarayan Kini Sejahtera

Sartamin (56 th), Warga Pudar Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang, Banten, berada di kebun sayur mayur miliknya. (Foto: NU Online/Rahman)

Serang, NU Online

Di tengah ketatnya arus persaingan usaha, petani di Pamarayan, Kabupaten Serang, Banten harus memutar otak agar mampu menghidupi kebutuhan keluarganya. Kebanyakan tanah luas sebagai warisan dari orang tua terkadang hanya ditanami padi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Padahal, jika melihat potensi bisnis, masyarakat bisa mengembangkan beragam tanaman pangan-non pangan selain padi.

 

Namun tidak demikian dengan Sartamin (56 th), Warga Pudar Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang, Banten ini mencari ide agar kegiatan bertaninya bisa menghasilkan keuntungan yang berlimpah.

 

Sekitar tiga hektare tanah milik PT PAM yang menganggur dimanfaatkan Sartamin untuk menanam beragam jenis sayur-sayuran seperti jagung, bayam, kangkung, dan singkong. Berdasarkan pengakuannya kepada NU Online, Jumat (25/10), Sartamin mulai konsentrasi mengembangkan sayur-mayur itu sejak tahun 2017.

 

Menurutnya, dari hasil usahanya itu kebutuhan keluarga Sartamin bisa terpenuhi bahkan perekonomiannya berkembang pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meski tidak semulus yang ia ceritakan, bertani, kata Sartamin, membutuhkan keseriusan terutama dalam hal perawatan tanah dan tanamannya.

 

“Kangkung, bayam ditanam di tanah milik saya seluas 500 meter, kalau tanah yang ditanami jagung luasnya 3 hektaran. Kangkung saya jual ke tengkulak lokal, kalau jagung kadang dijual ke Tangerang dan beberapa daerah di luar Banten,” katanya kepada NU Online di kediamannya.

 

Modal menanam jagung, menurut Sartamin minimal Rp. 25 juta-an, sementara untung yang didapat setiap panen sekitar Rp. 48 juta. Belum lagi dari kangkung dan bayam. Kata Sartamin, setiap kali menjual ke pasar jumlahnya minimal 270 ikat dikali dengan harga satu ikat sebesar Rp. 700.

 

“Jadi ya itu keuntungannya, Rp 189.000,” kata ayah 5 anak ini.

 

Namun, karena 4 bulan terakhir wilayah Banten dilanda kemarau panjang, petani belum menanam jagung. Sehingga, Sartamin dan petani-petani jagung lain di Banten belum bisa mendapatkan keuntungan dari bertani jagung.

 

“Soal keuntungan mah Alhamdulillah-lah lebih dari cukup untuk keluarga dan sehari-hari,” ujarnya sambil berkelakar.

 

Sebagai seorang petani, ia mengajak masyarakat untuk bisa mengelola tanah yang dimiliki dengan menanam ragam tanaman, jangan hanya satu tanaman pangan seperti padi saja. Harus mau mencoba menanam tanaman lain agar kebutuhan di pasar terpenuhi, selain itu bertani bisa mengangkat harkat sosial di masyarakat jika serius melakukannya.

 

Kontributor: Abdul Rahman Ahdori

Editor: Aryudi AR