Daerah

Bermedia Model Strategi Dakwah yang Relevan di Era Digital

Sel, 2 Februari 2021 | 12:00 WIB

Sukoharjo, NU Online  

Sejak Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 sudah banyak era yang telah dilalui lengkap dengan segala bentuk tantangan yang dihadapi. Pada usia yang ke-95 tahun ini, NU berada di era digital dengan tantangan baru yang otomatis membutuhkan strategi dakwah yang berbeda dan relevan.

 

“Saat ini ketika kita berbicara tentang berdakwah, maka juga berbicara tentang dunia online (digital). Sebab kini online sudah menjadi bagian hidup masyarakat," ujar Direktur NU Online Savic Ali. 

 

Dalam kesempatan menjadi narasumber di kegiatan webinar dalam rangka Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-95 NU yang diselenggarakan oleh PCNU Sukoharjo dikatakan, sebanyak 170 juta orang telah menggunakan internet untuk mengakses berbagai platform sedangkan di Indonesia sendiri tujuh puluh persen remaja dan orang dewasa telah menggunakan internet dengan berbagai aplikasi. 

 

"Angka tersebut menjadi jumlah yang sangat besar,” paparnya.

 

Savic Ali menyampaikan bahwa di usia NU yang hampir seabad dengan segala peran serta sumbangsihnya terhadap perjalanan sejarah NKRI, NU harus terjun dan turut mewarnai dunia digital dengan dakwah ala Ahlussunah wal Jamaah.

 

"Terlebih ketika Indonesia berada di tengah kondisi yang begitu ruwet dengan masuknya pandangan–pandangan ekstrim dan radikal yang kemudian menengarai muculnya banyak kelompok yang pro dengan kekerasan," tegasnya. 

 

Ditambah dengan situasi saat ini dimana masyarakat Indonesia sudah terlanjur jatuh dalam pertentang atau polarisasi sebab kontestasi politik yang sampai sekarang pun masih ramai. 

 

Dikatakan, NU yang sedari dulu relatif di tengah dengan paradigma tawasuth, tawazun, tasamuh, dan ta’adulnya perlu untuk ikut berperan. 

 

“Mari kita berupaya agar hal itu tidak terjadi dan kita harus berupaya agar anasir–anasir pro kekerasan yang mengatasnamankan agama di Inonesia makin melemah sehingga tidak bisa  menyeret Indonesia ke arah konflik," terangnya melalui Zoom meeting pada Sabtu (30/1).

 

Penulis buku 'Menyambut Satu Abad NU' Ajie Najmuddin menyampaikan bahwa konsistensi atau istiqamah merupakan salah satu dari empat tips dalam menghadapi tantangan  dakwah di era digital.

 

"Sperti halnya yang telah dilakukan dalam mengelola website NU Online yang kini mampu menjadi web keislaman yang paling banyak dibaca orang. Dalam menjawab tantangan dakwah di era digital kita perlu inovatif dengan berupaya untuk menyelami kecenderungan dari kaum yang kan dijadikan objek dakwah," terangnya.

 

"Juga memiliki kompetensi dengan menguasai ilmu agama sedalam–dalamnya, adaptif dengan mengakrabkan diri dengan perkembangan dunia permediaaan digital, serta istiqamah dengan senaniasa konsisten dalam melakukan dakwah santun ala Ahlussunah wal Jama’ah An-Nahdliyah,” sambung redaktur NU Online Jateng ini.

 

Dengan mengantongi empat tips tersebut lanjutnya, diharapkan NU pada berbagai tingkat daerah khususnya NU di Sukoharjo mampu menghadirkan media online dalam menjalankan dakwahnya tanpa ada kekhawatiran kurangnya antusiasme dari para netizen.

 

“Banyak teman–teman nahdliyin lain yang kemudian juga ikut membentuk web keislaman menyesuaikan dengan obyek dakwahnya masing–masing, hal tersebut cukup berhasil memengaruhi secara signifikan perkembangan pemahaman keislaman di Indonesia," jelasnya.

 

Kepada NU Online, Senin (1/2) Ajie berharap, semakin  banyak Generasi muda NU yang menekuni dunia digital diharapkan bisa membantu teman institusi NU yang lain supaya bisa menggunakan perangkat – perangkat digital atau aplikasi dan teknologi.

 

"Hal ini dimaksudkan agar kita lebih progresif dan cepat beradaptasi dengan zaman sehingga kita bisa segera meng NU kan Indonesia,” pungkasnya.

 

Kontributor: Arindya
Editor: Abdul Muiz