Daerah

Cara Ansor Tegal Peringati Sumpah Pemuda

Rab, 30 Oktober 2019 | 22:00 WIB

Cara Ansor Tegal Peringati Sumpah Pemuda

Kader GP Ansor membentangkan bendera di dalam air.

Tegal, NU Online

 

Ada banyak cara melakukan peringatan Sumpah Pemuda. Salah satunya seperti yang dilakukan ratusan anggota Gerakan Pemuda Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kota Tegal dengan napak tilas menyusuri sejumlah daerah keramat atau petilasan yang pernah disinggahi para tokoh dan ulama penyebar agama Islam serta para pahlawan di kota ini.

 

Aksi unik yang dinamai ‘Lingkar Jati’ ini diikuti ratusan pengurus dan anggota mulai pimpinan cabang, anak cabang hingga ranting se-Kota Tegal. Rombongan dilepas Wakil Ketua PCNU Kota Tegal, Ustaz Sudiarto di Gedung PCNU Kota Tegal.

 

Tujuan perdana aksi ini adalah makam Sayyid Abdurrahman atau dikenal dengan nama Mbah Panggung. Lepas itu rombongan menuju Habib Muhammad Bin Tohir Al Hadad, lalu Mbah Manggeng (Kraton), lalu Mbah Punduh (Margadana), lalu KH Sholeh Taslim, dan berakhir di makam Pahlawan Kota Tegal.

 

"Kegiatan spriritual ini, sebagai bentuk pengamalan dan menjaga nilai tradisi Ahlussunah Wal Jamaah agar tetap eksis hingga akhir zaman sekaligus mengenang jasa-jasa para pahlawan bangsa dan agama," ujar Ketua GP Ansor Kota Tegal Sarwo Edi di Tegal, Selasa (29/10) malam.

 

Menurut Edi, para pendahulu telah meletakkan nilai perjuangan di masa lampau dengan berjuang untuk Indonesia. Maka menurutnya, sudah sepatutnya pemuda hari ini menjunjung tinggi jiwa dan sikap para pendahulu terebut. Wujudnya bisa bermacam-macam, antara lain dengan menapak tilas untuk meneladani perjuangan mereka sekaligus untuk mendoakan para syuhada.

 

Ia mengatakan, tradisi napak tilas dan berziarah kubur merupakan merupakan sebuah kekayaan yang sudah sepantasnya dipertahankan. Apalagi, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan kultur kebudayaan dan tradisinya.

 

Makna Sumpah Pemuda

 

Pada dasarnya, semangat Sumpah Pemuda adalah semangat mempersatukan seluruh bangsa yang terdiri dari berbagai latar belakang suku, budaya dan bahasa. Semangat Sumpah Pemuda pula pada prinsipnya membentengi bangsa dari ancaman perpecahan.

 

Jika pada zaman dulu, tujuan sumpah “Satu Tumpah Darah, Satu Bangsa, dan Satu Bangsa”, untuk menghadapi tantangan politik adu domba yang digunakan oleh penjajah, saat ini, ancaman perpecahan datang dari hal yang berbeda, yakni ancaman intoleransi, radikalisme dan terorisme yang tujuannya tak lain untuk memecah belah bangsa.

 

Hal itu diungkapkan Pakar Komunikasi Politik Emrus Sihombing yang meyakini bahwa tantangan dan nilai Sumpah Pemuda berubah dari masa ke masa. “Saya pikir makna dan isi Sumpah Pemuda perlu direvitalisasi (diaktualisasi) dalam semua perilaku kita. Saya menganggap perilaku radikalisme ini tidak tempatnya di Indonesia. Apalagi negara kita berdiri dengan merujuk pada Sumpah Pemuda, Pancasila, dan UUD 45,” ujarnya.

 

Lebih-lebih karena ajakan perpecahan melalui kelompok radikal ini datang dari berbagai platform baik secara offline maupun online yang kerap menyasar semua golongan termasuk kelompok usia muda. Oleh karena itu ia mengimbau agar pemuda lebih aktif dalam membentengi diri dengan mengilhami semangat persatuan dalam sumpah pemuda.

 

Pewarta: Wasdiun

Editor: Ahmad Rozali