Daerah

Cara Aswaja NU Center Jember Perkuat Aswaja dan Moderasi Beragama

Rab, 6 Januari 2021 | 14:00 WIB

Cara Aswaja NU Center Jember Perkuat Aswaja dan Moderasi Beragama

Suasana silaturrahim Aswaja NU Center Jember di Pondok Pesantren Mahfilud Duror, Desa Suger, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember yang diasuh oleh KH Ali Wafa Sholeh. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Aswaja NU Center Jember, Jawa Timur terus bergerak menjaga dan melestarikan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Sejak beberapa waktu lalu, Aswaja NU Center Jember mengadakan silaturrahim tiap bulan dengan lokasi berbeda-beda.

 

Hari ini, Rabu (6/1) silaturrahim digelar di Pondok Pesantren Mahfilud Duror, Desa Suger, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember asuhan KH Ali Wafa Sholeh. Ikut serta pada kegiatan tersebut, pengurus Aswaja NU Center plus kiai-kiai dan pengasuh pesantren yang dekat dengan lokasi silaturrahim.


“Tujuannya adalah selain silaturrahim, juga untuk memperkuat jaringan,” ujar Sekretaris Aswaja NU Center Jember, Mochammad Kholili di sela-sela acara.


Menurutnya, ada beberapa poin yang dibahas sekaligus disosialisasikan dalam setiap pertemuan. Pertama, menguatkan jaringan Aswaja di level pondok pesantren. Katanya, sejak lama pondok pesantren menjadi tempat penggodokan kader-kader Aswaja. Karena itu, ke depan diharapkan fungsi tersebut semakin ditingkatkan seiring kian banyaknya aliran (Islam) yang menyimpang dan muncul di tengah-tengah masyarakat.


“Konkretnya, pesantren diharapkan dapat meningkatkan pencetakan kader Aswaja, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk menguatkan Aswaja di tengah-tengah masyarakat,” tambahnya.


Kedua adalah menguatkan moderasi beragama (wasathiyah) dalam rangka deradikalisasi. Moderasi beragama dan berbangsa sangat penting diterapkan di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang sangat plural ini.

 

Katanya, Islam Indonesia sejatinya sangat membanggakan. Sebab, mayoritas umat Islam di Indonesia adalah kalangan yang memproklamasikan diri sebagai garda moderasi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir hadir nuansa apatis yang terus berupaya menggerus sistem nilai yang sudah mapan di tengah masyarakat.


Selain itu, ajaran-ajaran agama dipertentangkan dengan kebijakan-kebijakan negara. Demokrasi yang merupakan perwujudan kesepakatan politik manusia dibenturkan dengan kekuasaan Tuhan


“Mereka adalah kelompok radikal yang terus berupaya mempengaruhi masyarakat untuk mendirikan khilafah,” jelasnya.


Kholili menegaskan bahwa gerakan radikal tidak hanya berkutat di perkotaan tapi sudah lama  merangsek ke daerah pinggiran, bahkan juga mengincar pesantren. Pendekatan yang mereka lakukan juga beragam, mulai dari ekonomi, relasi sosial, hingga formalisasi atau simbolisasi agama.


“Masyarakat juga ada yang terpengaruh, dan biasanya lalu mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat. Mereka lalu menyalahkan kiai yang sudah puluhan tahun diikutinya,” terangnya.


Oleh karena itu lanjutnya, Aswaja NU Center Jember akan terus melakukan penguatan moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat untuk menghadang laju gerakan radikal.


“Apalagi NU memang sejak awal selalu bersikap moderat dalam masalah kebangsaan maupun keagamaan,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin