Daerah

Diterjang Banjir Bandang, Pesantren di Bogor Butuh Bantuan

Jum, 25 September 2020 | 01:45 WIB

Diterjang Banjir Bandang, Pesantren di Bogor Butuh Bantuan

Barang-barang yang tersisa tengah dijemur di Pesantren Ta'limul Qur'an, Cibunian, Bogor, Kamis (24/9). (Foto: Nidhomatun MR)

Bogor, NU Online
Akibat banjir bandang yang terjadi di Kampung Muara 01 Rt 01/RW 1, Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Senin (21/9) satu pesantren terendam air hingga ketinggian sekitar dua meter. 

 

Pesantren yang letaknya berdekatan dengan Sungai Cianten, Desa Cibunian itu bernama Pesantren Ta'limul Qur'an. Puluhan santri yang bermukim di pesantren pimpinan Ustadz Hendra ini akhirnya mengungsi sementara. Hanya beberapa santri terlihat di kobong saat Pengurus Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Pamijahan berkunjung ke pesantren mereka, Kamis (24/9). Para santri tampak sibuk membersihkan kamar mereka serta menjemur barang-barang yang terendam banjir. 

 

Terlihat, karpet, Al-Qur'an, kitab-kitab hingga amplifier berjajar terjemur rapi di samping pondok. Salah seorang santri, Lusi yang saat itu tengah sibuk membersihkan bekas-bekas sisa banjir mengatakan, kobong yang dia tempati terendam, semua baju, peralatan tidur mulai tikar, selimut, kasur tidak terselamatkan.

 

"Basah semua, jadi ini bersih-bersih," ucapnya malu-malu sambil tetap sibuk mencuci barang-barang bekas terendam banjir bandang.

 

Sementara itu saat ditemui, Pengurus Pondok Pesantren Ta'limul Quran, Ustadz Hendra memaparkan, kejadian begitu cepat sehingga banyak barang-barang yang tidak bisa dibawa ketika Sungai Cianten meluap. Banjir bandang terjadi sejak sore hari hingga pukul 20.00 malam.

 

"Awalnya hujan deras serta angin lebat setelah Ashar, tiba-tiba debit aliran Sungai Cianten sama Cisakati menjadi deres dan tidak lama kemudian banjir," ujarnya.

 

Lebih lanjut Ustadz Hendra menjelaskan, banjir yang menggenangi pondok pesantren yang sudah sekitar 12 tahun berdiri itu mencapai ketinggian hingga dua meter. "Iya tinggi air kurang lebih dua meter," jelasnya.
 

Banjir ini sudah tiga kali sejak tahun 2003 dan banjir kali ini yang paling parah. "Banjir pertama tahun 2003 yang kedua 2016 serta tahun sekarang, dan ini yang paling parah," imbuh Ustadz Hendra.

 

Sementara itu bantuan yang dibutuhkan saat ini selain logistik para santri memerlukan alas tidur, alas shalat, air bersih, serta Al-Qur'an. Selain itu, aula dan tempat mukim santri juga butuh renovasi. 


Kontributor: Nidhomatum MR

Editor: Kendi Setiawan