Daerah

Fiqih Aulawiyah Dorong Santri Berpikir Dinamis

NU Online  ·  Ahad, 24 Februari 2019 | 03:30 WIB

Fiqih Aulawiyah Dorong Santri Berpikir Dinamis

Kajian di Pesantren Besongo, Semarang. (Foto: istimewa)

Semarang, NU Online
Serangkaian kegiatan pascaliburan di Pondok Pesantren Besongo, Ngaliyan, Semarang, tak hanya dengan kajian kemodernan. Namun, konten pengetahuan tentang fiqih aulawiyah menjadi penting untuk dikaji para santri.
 
 
Puluhan santri kelas akhir mengikuti kajian fiqih aulawiyah (fiqih prioritas) dengan tujuan membangun santri yang dinamis dan luwes dalam berpikir. Penyampaian materi ini dikemas dengan baik oleh Ustadz Luthfi Rahman, selaku narasumber pada acara ini. 
 
 
Lahirnya fiqih aulawiyah atau fiqih prioritas, kata Ustadz Luthfi, karena amal dan iman mempunyai tingkatan, sehingga muncul adanya prioritas. Tolok ukur fiqih prioritas adalah fiqih muwazzanah atau yang disebut juga dengan fiqih pertimbangan.
 
 
"Konsep muwazzanah berkaitan dengan pertimbangan berkenaan dengan kebutuhan, mashlahah, perkataan ulama, serta berkaitan dengan waktu dan tempat seseorang berada. Tolok ukur ini akan menghasilkan pemahaman yang tidak kaku dan dinamis," ujar Ustadz Lutfi, Sabtu (23/2) . 
 
 
Ia menegaskan santri sebagai penerus ulama, semestinya memiliki cara berpikir yang berkiblat pada konsep fiqih aulawiyah yang di dalamnya mengandung fiqih muzawwanah. 
 
 
"Poin penting dari pembelajaran fiqih aulawiyah, yakni santri harus berpikir dinamis dan ramah. Agama tidak harus kaku, namun juga harus dipahami secara dinamis sesuai dengan tempat dan waktu," ujar alumni TBS Kudus ini.
 
 
Nailil Muna, salah satu santri kelas akhir mengatakan adanya kajian fiqih aulawiyah ini menarik, karena memberikan pandangan baru. "Pemahaman tentang fiqih aulawiyah bagi santri sangat penting," ujarnya.
 
 
Diharapkan dengan adanya kajian ini santri mampu mempraktikkan fiqih aulawiyah dalam kehidupan individu dan masyarakatnya. Dengan demikian, santri dapat membangun kesalehan personal dan kesalehan sosial melalui kemampuan memahami kebutuhan, kemashlahatan, dan konteks yang dihadapinya. (Izza/Kendi Setiawan)