Daerah

FKUB Jember Inisiasi ‘Perdamaian’ di Silo

Kam, 17 Oktober 2019 | 16:30 WIB

FKUB Jember Inisiasi ‘Perdamaian’ di Silo

Para tokoh lintas agama dan Wakil Bupati Jember, KH Abdul Muqit Arif berfoto bersama usai pertemuan di aula Kemenag Jember. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

Langkah cepat yang diambil FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Jember dan pihak-pihak terkait dalam meredam riak-riak ketengangan berbasis agama di Kecamatan Silo, laik diacungi jempol. Pasalnya jika tidak segera ditangani, bisa jadi ketegangan itu berubah jadi kekisruhan dan merembet kemana-mana.

 

Untuk itu, FKUB Jember menginisiasi pertemuan tokoh lintas agama, khususnya dari Katolik dan Islam. Pertemuan yang difasilitasi oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Jember itu digelar Kamis (17/10), dan dihadiri oleh sejumlah kiai, tokoh dan pejabat. Diantarnya adalah tiga romo dari Gereja Santo Yusuf Jember, perwakilan PCNU Jember, Wakil Bupati Jember (KH Abdul Muqit Arif), dan Kapolres Jember (Alfian Nurrizal).

 

Menurut Ketua FKUB Jember, KH Muis Sonhaji, persoalan terjadi karena dipicu oleh adanya kegiatan kebaktian di Gereja Kapel yang terletak di Dusun Sepuran, Desa Sumberjati, Kecamatan Silo, Jember beberapa waktu lalu. Tidak hanya melakukan kebaktian, para Nasrani yang datang dari berbagai daerah di Jember itu, juga mengggelar bakti sosial untuk masyarakat sekitar gereja.

 

“Masyarakat menduga itu bagian dari kristenisasi, apalagi diduga gereja tersebut tidak mengantongi ijin, sehingga menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, bahkan sebagian menuntut gereja itu ditutup saja,” jelasnya kepada NU Online usai pertemuan di aula Kemenag Jember.

 

Namun dengan pertemuan itu, lanjutnya, semua menjadi jelas bahwa ternyata gereja tersebut sudah dibangun sejak tahun 1952, dan berijin. Cuma penggunaannya memang tidak seramai dalam bulan terakhir.

 

"Pertemuan ini juga dihadiri oleh kiai dan tokoh masyarakat Silo, sehingga kami berharap bisa disampaikan ke bawah (masyarakat)," terangnya.

 

Dosen IAIN Jember itu memastikan bahwa gereja tersebut bisa dan sah digunakan karena perijinannya lengkap. Namun hasil kesepatakan dalam pertemuan itu adalah bahwa pengguna gereja tersebut hanya berasal dari warga Silo, bukan dari daerah di luar Silo.

 

“Biar tidak terjadi kecemburuan sosial, dan itu harus dipatuhi. Sebab di Silo pernah terjadi sejarah yang tidak enak terkait hubungan antar agama,” ucapnya.

 

Sementara itu, perwakilan PCNU Jember, Pujiono Abd. Hamid mengapresaisi pertemuan tersebut. Menurutnya, para tokoh lintas agama perlu terus mendorong terciptanya toleransi antar umat beragama, sehingga Jember tetap kondusif.

 

“Toleransi itu penting karena kita majemuk,” terangnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi