Daerah

GP Ansor Mojolaban-Faskho Solo Bentuk Kampus Kaum Marjinal

NU Online  ·  Jumat, 6 September 2013 | 03:02 WIB

Solo, NU Online
Gerakan Pemuda (GP) Ansor Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, bekerjasama dengan Fastabaqul Khoirot (Faskho) Kota Solo membentuk Kampus Pemberdayaan Perempuan bagi Ibu-ibu kaum marjinal di Kota Solo. 
<>
Dalam pembukaan, sedikitnya 50 orang hadir mengikuti acara di aula Kampus Pemberdayaan Perempuan, Gilingan, Banjarsari Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (5/9) siang.

Ketua Faskho Solo Budi Iriyono mengatakan, pembukaan kuliah perdana bagi kaum marjinal pertama kali dilakukan di Kota Solo, bahkan di Indonesia, ini bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat khusunya bagi kaum marjinal.

”Untuk mengawali kuliah perdana ini kami mengundang Kamar Dagang Indonesia (Kadin) dan Kantor Urusan Agama (KUA) Kota Solo sebagai pembicara,” kata Budi kepada NU Online

Menurut dia, Kampus Pemberdayaan Perempuan Surakarta mempunyai misi memperdayaan dan memandirikan ibu-ibu kaum marjinal ke arah yang lebih baik. Mereka yang masuk ke kampus ini akan diberikan penyuluhan, pengembangan bakat dan latihan ketrampilan. Dengan cara ini mereka diharapkan bisa meningkatkan ekonominya.

Ketua GP Ansor Mojolaban Mashriyantho berharap Kampus Pemberdayaan Perempuan benar-benar membawa aspirasi dan kemandirian bagi kaum marjinal di Indonesia. Selain itu, kampus ini juga diharapkan bisa membantu pemerintah dalam program pemberdayaan dan mengurangi pengganguran. 

”Saya yakin meski kampus ini lahirnya di Solo, ke depan bisa membuka kampus-kampus baru di seluruh Indonesia,” jelas pria yang biasa disapa Kang Zenk ini.

Sementara Penyuluh Agama KUA Kota Solo Imam Supardi memaparkan masalah nikah bagi kaum marjinal. Selama ini diketahui, tidak sedikit kaum marjinal yang melakukan nikah sah di KUA. 

”Silahkan bagi ibu-ibu yang ingin nikah di KUA semuanya gratis, hanya dengan Rp 30.000 untuk biaya administrasi saja, selain itu tidak ada. Tapi awas jangan sekali-kali lewat calo,” tegas Imam di hadapan para mahasiswanya.

Pembina Kaum Marjinal Kota Solo Mbah Wono mengemukaan, sistem pembelajaran dalam kampus pemberdayaan kaum marjinal ini dibagi beberapa bagian. Di antaranya kuliah umum enam kali dalam seminggu dan praktek lapangan setiap dua minggu. Tempat praktik dan bahannya semua gratis disediakan oleh pengelola Kampus.

”Meski kampus ini banyak dihuni oleh kaum marjinal, tetapi para rektornya semua juga dari  Semarang, Yogyakarta, Solo dan Jakarta,” jelas Mbah Wono. (Mashri/Mahbib)