Daerah

Guru Besar UIN Aceh: Isra Mi’raj Momen Kembangkan Moderasi Beragama

Ahad, 27 Februari 2022 | 13:00 WIB

Guru Besar UIN Aceh: Isra Mi’raj Momen Kembangkan Moderasi Beragama

Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh Prof Misri A Muchsin. (Foto: Istimewa)

Banda Aceh, NU Online
Isra Mi’raj merupakan peristiwa penting yang terjadi dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Pada peringatan tahun ini dengan kondisi masih diliputi pandemi Covid-19 hendaknya dapat menjadi inspirasi dalam mengembangkan Moderasi Beragama.


“Hendaknya momentum Isra Mi’raj menjadi semangat untuk mengembangkan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh Prof Misri A Muchsin kepada NU Online, Ahad (27/2/2022).


Prof Misri mengatakan, Isra Mi’raj pada 2022 ini berdasarkan pengumuman PBNU jatuh pada Selasa (1/3/2022). Menurut dia, memberikan pemahaman keagamaan yang moderat atau Moderasi Beragama kepada masyarakat sangat penting agar kehidupan berjalan dengan damai dan aman.


“Era seperti saat ini, sangat penting saling menjaga dalam interaksi kehidupan di tengah masyarakat tetap aman dan damai,” papar pembina Ansor di Aceh ini.


Lebih lanjut, Prof Misri mengatakan pesan moderasi yang dapat dipetik dari perjalanan Isra Mi'raj Nabi adalah bahwa manusia tidak boleh terlalu hanyut dalam dimensi spiritual dan melupakan sisi natural. Pun demikian sebaliknya.


“Namun paling ideal adalah mengaktivasi dua sisi sekaligus secara berimbang; rohani-jasmani, akal-hati, dunia-akherat, individu-sosial,” terang Prof Misri.


“Tingkatkan ibadah dan spiritual vertikal dengan bermunajat kepada Tuhan di tengah keheningan malam. Pada saat yang sama tidak melupakan peran kemanusiaan dan kerja peradaban dalam konteks hablun minannas (horizontal),” sambungnya.


Menurut Prof Misri, Isra Mi’raj, mengajarkan kepada kita tentang keseimbangan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Ia menambahkan, berkaitan dengan perihal Moderasi Beragama bahwa dalam hal tafsir agama, yang Maha Mengetahui Kebenaran hanya Allah SWT.


“Seringkali perbedaan yang diperebutkan itu sesungguhnya sebatas kebenaran tafsir agama yang dihasilkan oleh manusia, bukan kebenaran esensial yang merupakan pokok agama itu sendiri yang dikehendaki oleh Allah swt,” jelasnya.


Prof Misri menambahkan, Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku, budaya, ras, dan agama. Untuk itu, ia menekankan pentingnya Moderasi Beragama.


“Moderasi Beragama bisa menjadi solusi untuk menciptakan kerukunan sekaligus menjaga kebebasan dalam menjalankan kehidupan beragama, menghargai keragaman tafsir dan perbedaan pandangan, serta tidak terjebak pada ekstremisme, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama,” pungkasnya.


Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Musthofa Asrori