Nasional

Cucu Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Isi Munajat Rajab di Universitas Indonesia

Kam, 17 Februari 2022 | 21:30 WIB

Cucu Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Isi Munajat Rajab di Universitas Indonesia

Munajat Rajab Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia (UI). (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Masjid Ukhuwah Islamiyyah Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan acara “Munajat Rajab” dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Kampus UI Depok, Rabu (16/2/2022). Acara yang juga disiarkan langsung via Youtube dari Kampus UI Depok ini dihadiri oleh As Sayyid As Syarif Prof Syeikh Muhammad Fadhil al Jailani al Hasani Hafidzahullah.


Untuk diketahui, Syeikh Fadhil adalah cucu ke-25 dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan juga Pendiri dan Penasehat Utama Markaz Al-Jailani Internasional Turki dan Pentahkik kitab Tafsir Al-Jailani Syekh Prof Dr Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Hasani Al Husaini.


Pada acara tersebut Syekh Fadhil mengkaji kitab Al-Ghunyah karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan dokumen Ijazah Aurod Al-Jailani. Dalam kajian yang disampaikannya dalam bahasa Arab dan dialihbahasakan oleh penerjemah ini, Syeikh Fadhil menyatakan bahwa Universitas Indonesia merupakan tempat yang penuh kemuliaan dan keberkahan karena segala ilmu pengetahuan dikaji di dalamnya. Hal ini mengingatkan tingginya kedudukan ilmu sebagaimana Allah swt memerintahkan para nabi untuk menyampaikan ilmu kepada umatnya.


Berbeda dari nabi sebelumnya, perintah pertama yang diterima Nabi Muhammad saw dari Allah swt bukanlah mengajarkan ilmu, melainkan Iqra yang berarti ‘bacalah’. Allah swt telah memasukkan, mengajarkan, menyampaikan, dan menganugerahkan ilmu kepada Nabi Muhammad saw sejak wahyu pertama diturunkan.


Ini menunjukkan Allah swt memberi kemuliaan kepada Nabi Muhammad saw. Bahkan, kemuliaan Nabi Muhammad saw, menurut Syekh Muhammad Fadhil, terlihat dari panggilan Allah swt kepadanya. Allah swt tidak memanggil Nabi Muhammad saw dengan nama, tetapi dengan sifat kenabiannya.


“Kemuliaan Nabi Muhammad saw dapat dilihat dari berbagai kisah para nabi dan dalil-dalil yang ada. Bahkan, Allah swt dalam firman-Nya memanggil Nabi Muhammad saw dengan sebutan Nabi. Oleh karena itu, sebagai umatnya, hendaknya kita memanggil beliau dengan sayyidina rasulullah shallallahu alaihissalam,” kata Syekh Fadhil.


Kemuliaan panggilan Nabi Muhammad saw ini juga diterapkan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam karya-karyanya. Ketika menafsirkan ayat-ayat Al-Quran ataupun hadits, Syekh Abdul Qadir tidak menyebut Nabi Muhammad saw hanya dengan namanya. Ia selalu menambahkan gelar kenabian, wahai Rasul yang paling sempurna, pada akhir nama Nabi Muhammad saw sebagai bentuk penghormatan. Bagi Syekh Abdul Qadir, Rasulullah merupakan pemimpin umat manusia dan pemimpin para nabi di segala zaman. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw harus dihormati dan dimuliakan.

 

Penjelasan tentang Rajab
Terkait dengan bulan Rajab ini, Syekh Abdul Qadir Al Jailani dalam kitab yang dibahas oleh Syeikh Fadhil menyebutkan bahwa kata Rajab terdiri atas tiga huruf, yaitu ra’, jim, dan ba’. Masing-masing huruf memiliki hikmah tersendiri. Huruf ra’ adalah rahmatullah atau kasih sayang Allah. Huruf jim adalah judullah atau kemudahan dari Allah. Sementara, huruf ba’ adalah birullah atau kebaikan Allah. Artinya, selama bulan Rajab, Allah melimpahkan rahmat, kemudahan, dan kebaikan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh.


Keutamaan bulan Rajab makin bertambah karena pada bulan tersebut terjadi peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad saw. Peristiwa ini merupakan perjalanan Nabi Muhammad saw. dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsha di Yerusalem, kemudian dilanjutkan dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah swt. Isra’ dan Mi’raj menjadi bukti tanda-tanda kebesaran Allah sekaligus awal turunnya perintah sholat lima waktu yang menjadi tiang agama Islam.


“Peringatan Isra’ Mi’raj merupakan upaya UI untuk memperdalam pengetahuan para sivitasnya dalam meneladani Nabi Muhammad saw. dan menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Semoga kegiatan ini membawa berkah bagi kita, meningkatkan ketakwaan, dan menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa menjauhi kemaksiatan,” kata Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof Abdul Haris.


Editor: Muhammad Faizin