Daerah

Guru NU Hendaknya Miliki Jiwa Berwirausaha

Sab, 19 Oktober 2019 | 14:00 WIB

Guru NU Hendaknya Miliki Jiwa Berwirausaha

Ustadz Yusuf Suharto (kiri) saat memaparkan materi terkait kewirausahaan bagi guru NU. (Foto: NU Online/panitia)

Tulungagung, NU Online
Pengurus Wilayah (PW) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama atau Pergunu Jawa Timur mengadakan workshop interpreneurship di Tulungagung, Sabtu (19/10). 
 
Ustadz Sururi, Ketua PW Pergunu Jatim menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan wirausaha (enterpreneurship skill) guru Nahdlatul Ulama Jawa Timur. 
 
"Kegiatan ini dalam rangka meningkatkan pemahaman guru Nahdlatul Ulama Jawa Timur tentang konsep Ahlussunnah wal Jamaah atau Aswaja an-Nahdliyah di bidang ekonomi dan strategi dakwah melalui social enterpreneurship,” katanya.
 
Di samping itu, selama mengikuti pelatihan diharapkan peserta memiliki tambahan wawasan. Karena hal tersebut mendesak dimiliki, termasuk bagi para guru yang menjadi bagian dari Pergunu.
 
"Kita berharap wawasan guru Nahdlatul Ulama Jawa Timur tentang visi dan peran strategis NU dalam pembangunan ekonomi masyarakat Jawa Timur turut meningkat,” ungkapnya.
 
Sehingga usai mengikuti kegiatan, sejumlah peserta juga dapat menumbuhkan jejaring di antara guru dalam bidang wirausaha dan ekonomi.
 
“Karenanya selama mengikuti workshop, peserta memperoleh materi terkait pemahaman konsep Aswaja dalam bidang ekonomi. Juga visi dan peran strategis NU dalam pembangunan ekonomi masyarakat Jawa Timur,” urainya.
 
Yang juga tidak kalah penting adalah implementasi pendidikan entrepreneurship  di lingkungan sekolah maupun madrasah.
 
“Target kami, peserta dapat mengembangkan social enterpreneurship sebagai ruh dakwah NU di bidang ekonomi, serta bagaimana belajar menjadi enterpreneur yang berangkat dari kisah sukses membangun bisnis dan mengembangkan desa wisata seperti Kampung Cokelat di Blitar,” urainya.

Pemateri pertama, Ustadz Yusuf Suharto menjelaskan terkait Aswaja dalam konsep ekonomi. Bahwa Nahdlatul Ulama memiliki kepedulian terkait pemberdayaan dan penguatan ekonomi masyarakat. 
 
"NU pada Muktamar di Magelang pada 1939 menghasilkan dokumen mabadi khaira ummah tsalasah. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah as-shidqu atau kejujuran, al-wafa' bil ahdi yakni memenuhi janji, serta at-taawun yang dikenal dengan saling menolong,” ungkapnya.
 
Tidak berhenti sampai di situ, tiga hal tersebut lantas dilengkapi dengan dua nilai yang lain.
 
"Kemudian pada Munas Lampung pada 1992, tiga nilai tersebut ditambah dua nilai lagi yakni al-adalah atau keadilan atau proporsional dan al-istiqamah,” terangnya.
 
Di akhir paparannya, kandidat doktor di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tersebut menjelaskan bahwa cukup banyak guru NU yang menjadi guru swasta dengan gaji kurang atau pas-pasan. 
 
“Sehingga guru-guru NU ini perlu membangun jiwa kewirausahaan,” tandasnya.
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR