Jombang, NU Online
Guru merupakan profesi mulia yang butuh keahlian khusus, salah satu keahlian yang harus dimiliki guru selain pintar yaitu pandai bersosialisasi dan faham tentang organisasi. Karena guru dituntut bisa mengantarkan peserta didik kepada tahap mandiri dan bermanfaat bagi manusia lainnya.
Hal ini juga dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas KH Abdul Wahab Hasbullah (Unwaha) Tambakberas, Jombang, Jawa Timur dengan menggelar kegiatan One Day Unity.
"One Day Unity ini dibuat untuk para calon guru agar bisa saling tukar pikiran dan saling bersosialisasi. Karena salah satu kemampuan guru modern yaitu punya kemampuan komunikasi yang baik. Kegiatan ini salah satunya melatih cara komunikasi yang baik," katanya di Kampus Unwaha, Jombang, Sabtu (1/12).
Menurut Ketua Panitia M Rofiul, One Day Unity merupakan sebuah kegiatan yang dibuat untuk mewadahi keakraban antar segala lini di FIP. Mulai dari dosen, kepala prodi, dekan, lembaga gubernuran mahasiswa, dan mahasiswa. Di samping itu, kegiatan ini juga bertujuan sebagai kaderisasi keorganisasian.
"Dalam acara ini, peserta saling tukar pikiran, curhat, dan belajar mengelola organisasi yang baik. Acara dikonsep dengan penuh kekeluargaan dan padat sebagai bekal para calon guru mengajar di masa depan.
Dikatakan, guru di zaman now harus pandai-pandai memasuki dunia murid. Karena peserta didik saat ini datang kesekolah tidak dengan pikiran kosong. Mereka sudah punya beberapa informasi yang didapat dari internet. Sehingga pusat belajar saat ini bukan berada pada guru melainkan murid itu sendiri.
"Pembelajaran hendaknya harus mampu menumbuhkan kreativitas bagi peserta didik. Ini butuh cara komunikasi yang baik bagi guru. Kalau gurunya tidak bisa ngomong di depan umum maka tidak akan bisa mengembangkan bakat murid," tambah Rofiul.
Rofiul juga menyebutkan, kegiatan ini bertujuan menyamakan persepsi antar mahasiswa jurusan pendidikan. Di mana secara khusus mahasiswa Unwaha harus menjadi guru yang mengajarkan murid untuk cinta agama dan bangsa, seimbang keduanya.
"Kita miris lihat di televisi ada guru yang mengajarkan untuk membunuh orang lain. Ini bahaya, sejak kecil diajari kekerasan. Kita samakan persepsi, guru harus fokus mengembangkan bakat siswa bukan meracuni mereka dengan ajaran saling membenci, mencaci maki, dan menjatuhkan," paparnya.
Dengan begitu, bibit-bibit radikalisme bisa dihapus dari generasi muda bangsa Indonesia. Dan itu dimulai dari kepribadian guru yang tidak hanya memaparkan teori tapi juga mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unwaha Angga Saputra berharap dari kegiatan ini organisasi mahasiswa tahun depan lebih baik dari sekarang. Ia pun sangat mendukung kegiatan-kegiatan mahasiswa selama ini karena bisa mengangkat nama baik kampus.
Di dalam organisasi mahasiswa akan belajar untuk berbaur bersama. Tidak membedakan warna kulit dan jabatan. Semua bersama menjadi keluarga, tidak mandang kaya atau miskin.
"Kita harapakan mahasiswa tidak hanya di bangku kuliah saja, perlu adanya organisasi. Saat ini mahasiswa merasa sulit menghadapi organisasi, tetapi jangan putus asa teruslah berproses pasti suatu saat nanti membuahkan hasil," pungkasnya. (Syarif Abdurrahman/Muiz)