Daerah

Hadapi Akhir Zaman, Menimba Ilmu Agama Sangatlah Penting

Jum, 7 Juli 2023 | 21:30 WIB

Hadapi Akhir Zaman, Menimba Ilmu Agama Sangatlah Penting

KH Ali Makhtum saat menyampaikan ceramah agama di hadapan para aktivis Fatayat-Muslimat NU Grogolan, Dukuhseti, Pati, Jumat (7/7/2023). (Foto: Dok PRFNU Grogolan)

Pati, NU Online
Menghadapi akhir zaman seperti sekarang ini, menimba ilmu agama sangat penting. Sebab, banyak tokoh dan ulama yang terkenal dan masyhur dikenang hingga sekarang karena ilmu mereka. Semua ilmu penting. Namun, ada yang lebih penting, yakni ilmu agama.


Hal tersebut dikatakan KH Ali Makhtum, Ketua Yayasan Pendidikan Islam Minsyaul Wathon Grogolan, saat didaulat mengisi pengajian selapanan Jam'iyyatul Muballighat yang diinisiasi Fatayat dan Muslimat NU Grogolan, Dukuhseti, Pati, Jawa Tengah, Jumat (7/7/2023).


"Mahir ilmu umum tanpa ilmu agama diibaratkan sebagai orang yang buta. Sebaiknya, mahir ilmu agama tanpa ilmu umum diibaratkan seseorang yang pincang," kata Kiai Makhtum memberi perumpamaan.


"Dengan demikian, dianjurkan seseorang itu belajar ilmu akidah, syariat, dan akhlak," sambung imam besar Masjid Jami’ Darussalam Grogolan ini.


Intinya, lanjut Kiai Makhtum, mencari ilmu agama mulai dari lahir dan tidak ada batas hingga ke liang lahat. Oleh karena itu, seluruh aktivis Fatayat-Muslimat NU diimbau terus semangat dalam menimba imu.


"Pengajian Jam'iyatul Muballighat ini merupakan majelis ta'lim yang ingin nguri-nguri (memelihara) dan menjaga ilmu agama," terangnya.


Sejak 1970-an
Sebelumnya, Kiai Makhtum menuturkan bahwa Jam'iyatul Muballighat merupakan cikal-bakal majelis ta’lim yang dirintis adik kandungnya, yakni Kiai Abdul Majid Khon pada era 1970-an. Saat itu, para pemuda sedang giat dalam belajar agama.


"Lalu saat itu dibuatlah forum yang diberi nama Jam'iyatul Muballighin. Nah, yang Jam'iyatul Muballighat itu lahir belakangan, sekitar tahun 1980-an," ungkapnya.


Menurut guru senior MA Manahijul Huda Ngagel ini, kegiatan di bawah bendera Jam'iyatul Muballighin antara lain latihan khitobah (berpidato), sandiwara islami, dan mengaji keliling ke rumah anggota.


"Saat itu, untuk membiayai kegiatan para anggota mengumpulkan jumputan beras dari warga. Setelah terkumpul lalu dimasak dan dimakan ramai-ramai. Seru sekali kegiatan kami zaman itu," kenangnya.


Diberitakan sebelumnya bahwa dua sayap organisasi perempuan NU, yakni Fatayat dan Muslimat NU Grogolan berkolaborasi menggelar rutinan pengajian selapanan. Kegiatan yang digelar setiap 40 hari sekali itu diberi nama Jam'iyyatul Muballighat.


Sebelum pengajian digelar, didahului takhtiman Al-Qur’an binnadhor yang dipimpin para hafidzah. Dilanjutkan berkirim doa untuk arwah keluarga anggota Fatayat-Muslimat yang telah meninggal dunia.


Sesi berikutnya, seluruh anggota Fatayat-Muslimat NU Grogolan antusias menyanyikan lagu mars Fatayat, Muslimat, dan Subbanul Wathon. Lantunan beberapa shalawat oleh tim rebana hadrah melengkapi semaraknya acara.


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan