Daerah

Hadapi Ekstremisme, Prof Abdurrahman Mas’ud Ajak Nahdliyin Aktif di Medsos

Sab, 16 April 2022 | 23:00 WIB

Hadapi Ekstremisme, Prof Abdurrahman Mas’ud Ajak Nahdliyin Aktif di Medsos

Ilustrasi media sosial warga Nahdliyin. (Dok. NU Online)

Kudus, NU Online
Guru Besar Ilmu Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Walisongo Semarang, Prof Abdurrahman Mas’ud, mengingatkan Nahdliyin (sebutan warga NU) agar aktif di media sosial (medsos). Ini dalam rangka menghadapi ekstremisme di dunia virtual. Jangan sampai hanya menang di dunia nyata, tapi kalah di dunia maya.


Hal tersebut disampaikannya saat didaulat berbicara dalam Tawajuhan Aswaja yang diinisiasi oleh Lakpesdam NU Kudus, Jawa Tengah, pada Jumat (15/4/2022) malam.


“Spirit Aswaja dengan ruh Moderasi Beragama ini masih hidup di masyarakat. Bahkan, dalam berbagai pertemuan hari besar Islam. Komunitas Aswaja begitu masif di berbagai acara ritual dan karnaval. Namun, sepi di dunia maya (media sosial),” kata Prof Dur melalui Zoom Meeting.


Mantan Kepala Balitbang Diklat Kemenag ini mengungkapkan, dunia maya cenderung didominasi oleh kelompok garis keras. Hal ini terjadi karena orang-orang cenderung memilih untuk tidak bersuara, silent majority (mayoritas diam).


“Kita cenderung politeness (terlalu sopan) yang berlebihan, sehingga nyaris tidak mau bersuara. Sementara orang-orang di Barat cenderung directness (blak-blakan, obyektif, dan bebas),” terang alumnus Madrasah Qudsiyyah Kudus ini.


Menurut doktor jebolan UCLA Amerika Serikat ini, jika politeness dan directness adalah dua kutub yang berseberangan, maka santri Aswaja perlu mengambil jalan tengah.


Prof Dur menegaskan merasa rendah, hina, bodoh dan lemah memang tidak salah. Namun, perlu adanya formula yang tepat. Karena jika berlebihan akan terjadi fenomena politeness.


“Dampaknya, warga Aswaja cenderung diam menghadapi berbagai tantangan ekstremisme baik di dunia nyata maupun dunia maya. Jadi, jangan sampai kaget kalau tiba-tiba generasi kita ada yang terpapar ekstremisme akibat terjajah oleh ideologi transnasional melalui medsos,” tuturnya.


“Generasi Aswaja perlu berani bersuara melestarikan tradisi dan terus berjalan, berkiprah untuk jihad dalam kontra narasi di media sosial,” sambung Prof Dur.


Pria kelahiran Kudus ini mengaku prihatin dengan kondisi di mana ideologi transnasional sudah masuk desa yang mengancam kerawanan sosial dan tumbuhnya disharmoni. “Ada kontestasi ideologis yang kita tidak boleh hanya diam,” tegasnya.


Acara yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting dan luring dalam pertemuan di SMA NU Al-Ma’ruf Kudus itu dipandu langsung oleh Ketua Lakpesdam NU Kudus Nur Said.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori