Daerah

Hari Pahlawan di Surabaya Kembalikan Sejarah yang Hilang

Ahad, 10 November 2019 | 23:30 WIB

Hari Pahlawan di Surabaya Kembalikan Sejarah yang Hilang

PCNU Kota Surabaya ikut serta pada peringatan hari pahlawan yang diselenggarakan Pemkot Surabaya. (Foto: NU Online/Rof M)

Surabaya, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya, Jawa Timur turut serta memeriahkan peringatan hari pahlawan yang digelar Pemerintah Kota Surabaya. Peringatan ini sangat istimewa dan bertambah keberkahan dengan penetapan KH Masjkur sebagai Pahlawan Nasional RI. 
 
“Alhamdulillah PCNU Kota Surabaya bersyukur dan mengapresiasi pemerintah yang telah menetapkan KH Masjkur sebagai pahlawan nasional,” kata H Muhibbin Zuhri saat mengikuti upacara hari pahlawan yang diselenggarakan Pemerintah Kota Surabaya, Ahad (10/11).
 
Sedangkan pada peringatan hari pahlawan di Surabaya, ditampakkan dengan jelas fragmen sejarah peran ulama dan laskar santri dalam pertempuran 10 November 1945. Hal ini bisa dilihat langsung dari narasi dan teatrikal pada parade juang yang diselengharakan Pemkot di Tugu Pahlawan dan Taman Bungkul. 
 
“Kami sangat mengapresiasi Pemkot Surabaya yang telah mamasukkan peran santri pada parade juang di Tugu Pahlawan dan Taman Bungkul, yang sebelumnya tidak pernah muncul dalam teatrikal,” kata Ketua PCNU Kota Surabaya ini. 
 
Semakin lengkap ketika apel peringatan hari pahlawan di Balai Kota Surabaya baru pertama kalinya lagu Mars Syubbanul Wathan dinyayikan pada acara resmi tersebut. Lagu yang dikarang KH Abd Wahab Chasbullah ini dulu digunakan untuk menyemai nasionalisme di kalangan santri. 
 
“Syairnya berbahasa Arab supaya tidak dimengerti oleh Belanda maupun Nippon. Ini adalah strategi cerdik para ulama saat itu untuk mengajarkan bahwa mencintai negeri merupakan sesuatu yang inhern dari keimanan,” tutur pria yang juga dosen pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini. 
 
Dari sinilah mudah dipahami mengapa saat AFNEI yang biboncengi NICA datang ke Surabaya pada September 1945, KHM Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa jihad dan konsul-konsul se Jawa dan Madura mengeluarkan Resolusi Jihad. 
 
“Inilah yang membuat resonansi perlawanan rakyat secara massif. Puncaknya adalah pertempuran 10 November,” tegasnya.
 
H Muhibbin Zuhri menyatakan fragmen sejarah yang sempat hilang dari historiografi perang kemerdekaan ini adalah hal yang sangat luar biasa. 
 
“Sehingga generasi sekarang dan yang akan datang memperoleh narasi utuh sejarah bangsanya,” pungkasnya. 
 
 
Pewarta: Rof Maulana
Editor: Ibnu Nawawi