Daerah

Haul Ke-24 Habib Ali Bafaqih Bali Dihadiri Ribuan Jamaah

Ahad, 4 Juni 2023 | 07:00 WIB

Haul Ke-24 Habib Ali Bafaqih Bali Dihadiri Ribuan Jamaah

Suasana gelaran Haul ke-24 Habib Ali Bafaqih di Jembrana, Bali, Sabtu (3/6/2023) malam. (Foto: NU Online/Aji)

Jembrana, NU Online
Ribuan jamaah baik tua maupun muda dari berbagai pelosok Bali dan sekitarnya menghadiri haul ke-24 Habib Ali Bafaqih bin Habib Umar Bafaqih di lapangan Politeknik Pengambengan Negara, Bali, Sabtu (3/6/2023) malam.


Rangkaian acara dibuka dengan pembacaan maulid Simthud Durar oleh Habib Ali Zainal Abidin Assegaf diiringi grup sholawat Az-Zahir dari Pekalongan, Jawa Tengah. Tampak hadir Ketua PCNU Jembrana, KH Arsyad, serta puluhan habib dari berbagai penjuru Bali.


Ceramah agama disampaikan oleh Habib Mahdi al-Maghrabi. Dalam kesempatan itu, Habib Mahdi menyampaikan pentingnya membaca dan memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad saw.


Habib Mahdi menyampaikan sebuah kisah dalam hadits tentang keutamaan membaca Sholawat Nabi. Dari Anas bin Malik bahwa ada seorang Badui bertanya kepada Rasulullah, “Kapan terjadinya Kiamat?”


Rasulullah lalu bertanya: “Apa yang telah kau persiapkan?”


Si Baduy menjawab, “Tidak ada yang aku siapkan baik berupa banyaknya shalat maupun puasa. Dan juga tidak banyaknya shadaqah. Akan tetapi, aku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.”


Rasulullah lalu bersabda: “Kau bersama dengan yang kau cintai.” (HR al-Bukhari).


Habib Mahdi mengatakan bahwa banyak orang bertanya tentang kapan terjadinya hari kiamat. Akan tetapi, Rasulullah tidak menjelaskan secara jelas kapan terjadinya. Karena hal tersebut merupakan rahasia Allah swt yang tiada seorang pun dapat memprediksinya.


“Terpenting adalah persiapan diri. Kira-kira apa saja yang sudah kita lakukan untuk menyongsong adanya hari kepastian itu,” jelas Habib Mahdi.
 

Profil Habib Ali
Habib Ali Bafaqih dilahirkan dari pasangan Habib Umar Bafaqih dan Syarifah Nur. Beliau lahir pada tahun 1890 di Banyuwangi, Jawa Timur. Menjelang usia 20 tahun, atau sekitar tahun 1910, Habib Ali berlayar ke tanah suci Makkah untuk memperdalam ilmu agamanya.


Keberangkatannya ke Makkah merupakan sponsor dari Haji Sanusi, ulama terkemuka di Banyuwangi pada masa itu. Beliau bermukim di Siib Ali (Makkah) lebih kurang tujuh tahun lamanya. Sepulang dari sana, Habib Ali kembali ke Tanah Air. Ia menambah ilmunya di Pesantren Tambakberas Jombang asuhan pendiri NU KH A Wahab Hasbullah.


Selain mendalami ilmu Al-Qur’an, di waktu mudanya Habib Ali dikenal sebagai pendekar silat yang tangguh. Jauh sebelum beliau mendirikan Pesantren Syamsul Huda di Loloan Barat, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, beliau mengajar di Madrasah Khairiyah Banyuwangi selama setahun.


Perjalanannya ke Bali dilakukan atas permintaan Datuk KH Mochammad Said, seorang ulama besar di Loloan. Mulailah Syiar Islam berbinar di Loloan dengan makin bertambahnya ulama setingkat Habib Ali Bafaqih.


Kemudian, pada tahun 1935 Habib Ali mendirikan Pesantren Syamsul Huda yang kini telah melahirkan ribuan ulama, da'i, dan ustadzah. Para santri datang dari berbagai pelosok desa di Tanah Air.


Mereka belajar membaur dengan kehidupan masyarakat Loloan yang sejak ratusan tahun lalu telah dikunjungi oleh ulama tangguh dari berbagai daerah. Tak terkecuali ulama besar dari Trengganu (Malaysia) yang meninggalkan negerinya lalu hijrah ke Loloan sekitar awal abad ke-19.


Karena perjuangan dan kegigihannya untuk menyebarkan atau mensyiarkan agama Islam dan juga ketinggian ilmunya, maka beliau dianggap sebagai salah satu "Wali Pitu" yang ada di Bali. Habib Ali Bafaqih wafat pada 1997 di usia 107 tahun. Beliau dimakamkan di area Pesantren Syamsul Huda, Jembrana.


Puncak Haul ke-24 Habib Ali juga digelar pada Ahad (4/6/2023) di makam Habib Ali yang beralamat di Jalan Kedondong 1/34, Desa Loloan Barat, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana.


Kontributor: Aji Setiawan
Editor: Musthofa Asrori