Daerah

Hindari Plastik, NU di Sumenep Bungkus Daging Kurban dengan Daun Jati

Sen, 3 Agustus 2020 | 05:00 WIB

Hindari Plastik, NU di Sumenep Bungkus Daging Kurban dengan Daun Jati

LAZISNU di MWCNU Guluk-guluk Sumenep membungkus hewan kurban dengan daun jati. (Foto: NU Online/Firdausi)

Sumenep, NU Online 

Upaya menjaga lingkungan dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan sampah. Apalagi yang tidak mudah diurai seperti plastik. Dan pada momentum Idul Adha yang membagikan daging kurban, yang bisa mendukung ikhtiar tersebut adalah dengan menghindari pembungkus plastik. 

 

Pilihan yang dilakukan Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Guluk-guluk, Sumenep, Jawa Timur layak dicontoh. Mereka menggunakan daun jati untuk membungkus daging kurban yang dibagikan kepada warga.

 

Proses penyembelihan hewan kurban dilaksanakan Ahad (2/8) pagi yang dipusatkan di halaman kantor MWCNU setempat. Kemudian daging dipotong kecil-kecil, dipilih, disortir, dan dibungkus menggunakan daun jati.

 

KH Md Widadi Rahim selau Ketua MWCNU Guluk-guluk menjelaskan bahwa pendistribusian daging kurban sengaja dikemas dengan daun jati sebagai upaya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. 

 

"Karena pada dasarnya Islam juga menyuruh umatnya untuk memelihara kebersihan lingkungan," kata alumnus Pondok Pesantren Sidogiri, Kabupaten Pasuruan tersebut. 

 

Ny Zahratu Ni'am Panji mengutarakan bahwa konsep yang diusung kali ini sebagai wujud mengurangi limbah plastik yang mulai menggunung di beberapa daerah. 

 

Ketua NU-Care LAZISNU Guluk-guluk tersebut menginstruksikan kepada anggotanya untuk membawa daun jati dari rumah masing-masing sebagai bungkus daging kurban. Kemudian semua dibagikan kepada yatim, dhuafa, dan warga terdampak Covid-19 sebagaimana data list panitia.

 

"Kami sengaja berkampanye dalam rangka pengurangan penggunaan plastik, karena plastik mengandung zat kimia," ujarnya. Selain itu, plastik memberikan efek samping yang sangat besar pada lingkungan terutama saat dibakar. Bahkan ketika terkubur di dalam tanah pelapukannya sangat lama atau sulit hancur, lanjutnya. 

 

Warga tidak terkejut saat menerima bantuan hewan tersebut pasalnya masyarakat pedesaan sudah terbiasa berbelanja di pasar tradisional yang bahan belanjaannya dibungkus dengan wadah ramah lingkungan itu. 

 

Alumni Pesantren Annuqayah Guluk-guluk tersebut bersyukur lantaran mampu mengumpulkan dana dari donatur. Dana tersebut didapatkan dari sejumlah pihak dari kawasan setempat dan daerah lain. Dari dana yang ada kemudian dibelikan tiga ekor kambing untuk dibagikan kepada kalangan yang berhak.

 

Tantangan NU
Terkait tantangan NU, KH Md Widadi Rahim berharap di momen Idul Adha ini mampu menguatkan solidaritas Nahdliyin sekaligus meniadakan pemisah antarsesama warga. 

 

Ketua MWCNU Guluk-Guluk tersebut mengajak Nahdliyin untuk menjalin silaturahmi dan saling memiliki demi membesarkan jamiyah. Hal itu mendesak karena organisasi non NU sangat berkembang pesat di kawasan ini. 

 

Dalam pandangannya, masyarakat harus disadarkan kembali bahwa amaliah yang digunakan adalah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah Annadhliyah. Dari mulai membaca qunut, tahlilan, dibaan, shalawatan, ziarah kubur, walimatul urys, haul dan sebagiannya.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Isy'af Klabaan Guluk-guluk tersebut menegaskan bahwa saat ini banyak goncangan fitnah yang sering ditodongkan sehingga segilintiran masyarakat enggan mengakui dirinya NU. 

 

"Ketika ditanya, mereka menjawab bukan NU tetapi dari organisasi non NU yang amaliahnya Aswaja atau organisasi lain," ungkapnya. 

 

Oleh sebab itu, penyaluran daging kurban sekaligus menjawab pertanyaan masyarakat tentang fitnah tersebut dengan cara mengabdi dan mencoba memberikan hal yang bermanfaat. 

 

"Artinya kami tidak menjawab ocehan lawan, tapi menunjukkan kepada warga bahwa NU tidak sekadar diniyah, melainkan juga ijtimaiyah," pungkasnya. 


Kontributor: Firdausi 
Editor: Ibnu Nawawi