Daerah

Humas Polri: Perilaku Radikal Itu Bukan Agama

Rab, 24 Februari 2016 | 16:29 WIB

Sleman, NU Online
Dalam rangka mensosialisasikan upaya deradikalisasi Kapolres Sleman mengajak para santri Pesantren Sunan Pandanaran untuk mengenal lebih dekat gerakan radikal, Selasa (23/02) sore. 

Acara yang bertajuk "Antiradikalisasi, Menuju Indonesia Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian" ini berlangsung di Pesantren setempat.

Acara ini dihadiri oleh Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Suharsono. Kepada sedikitnya dua ratus santri yang hadir, Kombes Pol Suharsono mengatakan, pelajarilah agama secara utuh alias jangan sepotong-sepotong. Sebab, tidak ada di antara kita yang mendapat jaminan aman dari upaya radikalisasi. Karenanya sosialisasi ini bertujuan untuk memberi pemahaman tentang gerakan radikal supaya tidak serta merta terjerumus di dalamnya.

Ditanya soal kenapa pesantren, ia menuturkan, hal ini dilakukan untuk "membentengi" para santri dari gerakan radikal. Membentengi dalam arti, supaya para santri yang notabene adalah kader moral bangsa paham betul dengan berbagai fenomena radikalisme dan modus-modus yang digunakan.  

"Sebab, perilaku radikal itu bukan agama. Sementara menumbuhkan masyarakat yang rukun dan waspada itulah benteng negara," pungkasnya saat ditemui di sela-sela acara.

KH Jazilus Sakhok, mewakili Pesantren mengatakan, pada dasarnya pesantren itu antiradikal. Namun, acara ini juga penting bagi para generasi muda, terlebih para santri, supaya lebih paham apa itu gerakan radikal, aliansinya, dan berbagai modus yang digunakan untuk merekrut anggota. 

"Dan Pesantren Pandanaran siap mem-back up antiradikalisasi serta berupaya menyebarkan Islam yang ramah dan toleran," tegasnya.

Dalam acara ini, pihak Polres Sleman juga melibatkan salah satu mantan aktivis gerakan radikal untuk menjelaskan kepada para peserta terkait modus yang digunakan untuk merekrut anggota, dan orientasi gerakan radikal. (Anwar Kurniawan/Mukafi Niam)