Daerah

Ingin Jadi Dokter, Gadis Sumba Kuliah di Unwahas Semarang

Sen, 2 Maret 2020 | 17:45 WIB

Ingin Jadi Dokter, Gadis Sumba Kuliah di Unwahas Semarang

Klemen, gadis asal Sumba, NTT kuliah di Program Studi Kedokteran Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang. (Foto: Imam Syafaat)

Semarang, NU Online
Prinsip ekuitas yakni kesetaraan dalam mendapatkan pendidikan tanpa membedakan suku, agama, ras, antargolongan, gender, serta status sosial dan politik menjadi hal yang wajib bagi setiap penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi.
 
Hal ini sebagai wujud implementasi Permenristekdikti No 90 tahun 2017 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru bagi Program Sarjana. Kampus di bawah Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) pun juga menegakkan prinsip ini.
 
Adalah Klemen, seorang mahasiswi dari Sumba Nusa Tenggara Timur yang sedang menempuh pendidikan di Program Studi Kedokteran Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang. Gadis periang yang mempunyai nama lengkap Klemensia Riani Kalli ini masuk tahun 2017 di Fakultas Kedokteran (FK) Unwahas. Sejak kecil dia memang bercita-cita ingin menjadi dokter. Cita-citanya ini dilatarbelakangi oleh meninggalnya sang ayah karena sakit.
 
"Saat itu ayah saya dibawa ke rumah sakit yang harus melewati dua kabupaten," kenangnya. Desanya yang terpencil masih sangat tertinggal dalam hal pendidikan dan kesehatan.
 
Dari situlah terasa bahwa tenaga kesehatan sangat dibutuhkan di desa-desa. "Saya ingin menjadi seorang dokter spesialis patologi anatomi yang bisa membantu meningkatkan mutu kesehatan di daerah asal saya," tuturnya.
 
Perjuangannya dalam menimba ilmu ternyata tidak mudah, faktor ekonomi menjadi kendala di awal kuliahnya. "Puji Tuhan, biaya kuliah saya mendapatkan keringanan dari kampus," katanya.
 
Di samping itu, dia juga mendapatkan beasiswa setiap bulan dari Ketua Pengurus Daerah Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) Provinsi Jawa Tengah. Perhimpunan Inti merupakan organisasi sosial kemasyarakatan bersifat kebangsaan, bebas, mandiri, nirlaba, dan non-partisan. Walaupun sebagian besar anggotanya adalah WNI keturunan Tionghoa, namun Perhimpunan Inti bukan merupakan organisasi ekslusif sehingga terbuka untuk semua.
 
Sementara itu Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan FK Unwahas, Siti Nur Chasanah, merasa bangga dengan tekad mahasiswanya ini. "Dia memang memiliki prestasi akademik yang bagus, semangatnya luar biasa dalam kuliah," jelas dosen FK yang sekaligus anggota Fatayat NU ini.
 
Zain Yusuf Wakil Rektor bidang Keuangan membenarkan tentang adanya kebijakan keringanan biaya pendidikan bagi mahasiswa.
 
"Unwahas sangat memberikan perhatian kepada mahasiswa dari berbagai agama, suku, dan ras yang sedang studi di Kampus NU ini," terangnya di Kampus Unwahas Kalipancur (27/2).
 
Hal ini juga sejalan dengan prinsip education for all yang diterapkan di kampus. Dengan dasar-dasar kebangsaan yang diajarkan KH A Wahid Hasyim, kampus membuka kesempatan kepada siapa saja di semua wilayah Indonesia untuk bisa menempuh pendidikan.
 
"Pendidikan untuk setiap Anak Bangsa,” tutupnya.

Kontributor: Imam Syafaat
Editor: Kendi Setiawan